Rabu, 24/04/2024 - 09:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Perkuat Efisiensi, Laba BRI Melejit

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Efisiensi telah membantu PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan kinerja positif dalam mengarungi masa pemulihan pascapandemi. Dari sisi bottom line, BRI mencetak laba bersih Rp 51,4 triliun, tumbuh signifikan 67,15 persen dibandingkan periode yang sama pada 2021.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, pertumbuhan laba yang signifikan ini utamanya ditopang keberhasilan efisiensi. “BRI berhasil menekan biaya dana (CoF) melalui perbaikan funding structure serta peningkatan dana murah (CASA),” kata Sunarso, Rabu (8/2/2023).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Sunarso memaparkan, BRI berhasil meningkatkan CASA menjadi 66,70 persen dari periode yang sama 2021 sebesar 63,08 persen. Hal ini berdampak pada penurunan biaya dana dari semula 2,05 persen di akhir 2021 menjadi hanya 1,87 persen di akhir 2022.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Keberhasilan efisiensi juga tecermin dari Rasio Biaya Operasional (BOPO), Cost Effciency  Ratio (CER)dan juga Cost to Income Ratio (CIR) yang membaik dibandingkan periode sama 2021. BOPO tercatat 69,10 persen, membaik dari 78,54 persen, CER juga membaik dari sebelumnya 50,25 persen menjadi 48,16 persen. Sementara CIR membaik dari 48,56 persen menjadi 47,38 persen.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Tudingan Hasto Makin Berlebihan dan Keblinger

“Data ini menunjukkan artinya BRI semakin efisien,” tegas Sunarso. 

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Di samping itu, membaiknya kualitas kredit yang disalurkan memberikan dampak positif terhadap efisiensi yang dilakukan perseroan. BRI berhasil menurunkan Cost of Credit dari 3,78 persen menjadi 2,55 persen. 

Faktor selanjutnya yang menopang pertumbuhan laba yakni pendapatan berbasis komisi atau fee base income yang tumbuh double digit sebagai dampak dari transformasi digital. Pendapatan ini berkontribusi secara masif terhadap kinerja BRI secara keseluruhan.

Pada akhir Desember 2022, BRI berhasil menghimpun pendapatan berbasis komisi senilai Rp 18,8 triliun atau tumbuh 10,16 persen yoy, sehingga fee to income ratio mencapai 11,37 persen. Menurut Sunarso, peningkatan pendapatan berbasis komisi tidak lepas dari digitalisasi yang terus dilakukan perseroan. 

“Saat ini, 99 persen transaksi sudah dilakukan secara digital dan sisanya hanya satu persen saja yang dilakukan melalui unit kerja BRI,” kata Sunarso.

Berita Lainnya:
Penumpang Kereta Commuter Diprediksi Capai 16,4 Juta Saat Libur Lebaran 2024

Sunarso mengambil contoh transaksi di BRImo. Sampai akhir 2022, superapps milik BRI itu sudah digunakan oleh 23,85 juta pengguna dengan volume transaksi mencapai Rp 2.669 triliun. Dari BRImo, perseroan mampu memperoleh pendapatan berbasis komisi Rp 1,6 triliun.

Selain BRImo, komisi juga datang dari agen BRILink. Sampai akhir 2022, BRI memiliki 627 ribu agen BRILink, meningkat dari 540 ribu agen pada akhir 2021. Sepanjang tahun lalu, volume transaksi agen mencapai Rp 1.297 triliun dan menyumbangkan fee base income sebesar Rp 1,4 triliun. 

Faktor ketiga pendorong pertumbuhan laba BRI adalah recovery rate. BRI terus mengoptimalkan upaya recovery sebagai bagian meningkatkan pendapatan. “Hal tersebut tecermin dari recovery rate di akhir 2022 yang mencapai 59,12 persen sehingga pendapatan dari recovery BRI pada akhir tahun lalu meningkat 33,59 persen,” jelas Sunarso.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi