Kamis, 25/04/2024 - 13:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIPERTANIAN

Pupuk Mahal, Kementan Bakal Latih Petani Gunakan Pupuk Organik

ADVERTISEMENTS

 BOGOR — Kementerian Pertanian kembali membuka pelatihan bagi petani dan penyuluh dalam menggunakan pupuk organik dan kimia secara berimbang. Pelatihan tersebut merespons masalah pupuk kimia yang saat ini kian mahal hingga menyulitkan para petani.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementan, Dedi Nursyamsi menjelaskan, akibat dari dampak Covid-19, perubahan iklim, hingga konflik Rusia-Ukraina, harga pangan dunia melonjak. Namun nyatanya, dampak juga dirasakan terhadap kenaikan harga sarana dan prasana produksi pertanian, termasuk pupuk.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Harga pupuk urea meningkat dua kali lipat, bahkan pupuk NPK, SP36 dan ZA itu naik tiga kali lipat. Oleh karena itu, Kementan kembali membuka Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh dengan tema gerakan petani proorganik,” kata Dedi dalam konferensi pers di Bogor, Senin (13/3/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Garuda Indonesia Buka Rute Ternate-Jakarta Lagi Mulai Hari Ini

Ia menjelaskan, kuota peserta Pelatihan Sejuta Petani dan Penyuluh kali ini disiapkan sebanyak 1,8 juta orang secara hybrid dari Balai Prajurit M Jusuf, Makassar Sulawesi Selatan dan akan dibuka pada Kamis (16/3/2023).

ADVERTISEMENTS

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan, pupuk setidaknya berkontribusi sekitar 15 persen hingga 75 persen terhadap produktivitas. Namun akibat harga yang mahal, petani menghadapi masalah untuk bisa menjaga produktivitasnya akibat pupuk yang mahal.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Selain mahal, Dedi mengakui produksi pupuk kimia di Indonesia kurang. Dilihat dari kebutuhan pupuk subsisi yang diajukan petani saja, rata-rata kebutuhan per tahun mencapai 24 juta ton. Sementara pemerintah, hanya mampu menyediakan 9 juta ton pupuk bersubsidi.

Pupuk Indonesia sebagai produsen pupuk terbesar, hanya mampu memproduksi pupuk kimia setahun sebanyak 14 juta ton, dengan pangsa pasar 12 juta ton di dalam negeri dan dua juta ton untuk ekspor.

Berita Lainnya:
Jaga Harga Panen Raya, Bulog Diberi Fleksibilitas HPP

“Solusinya, kita mesti memaksimalkan pemanfaatan pupuk organik dan pupuk hayati di mana petani bisa membuat sendiri. Kita maksimalkan juga pestisida nabati dari bahan-bahan alami,” katanya.

Namun, Dedi tak menampik, dampak terhadap peningkatan produksi dari penggunaan pupuk organik membutuhkan waktu lama. Oleh karena itu, petani juga tak bisa dilepaskan dari penggunaan pupuk kimia, baik yang bersubsidi maupun komersial namun harus digunakan secara berimbang.

“Efektivitas ke pertumbuhan tanaman jangka pendek, pupuk kimia lebih cepat. Kalau organik pelan tapi pasti dan ramah lingkungan. Artinya, dua-duanya perlu. Itulah yang disebut gerakan petani proorganik. Ini solusi di saat harga pupuk dan pestisida kimia mahal, dan ini harus disampaikan ke petani,” kata Dedi.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi