Sabtu, 20/04/2024 - 03:31 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

Ini Pandangan Pakar UI Terkait Kebakaran Depo Pertamina Plumpang

ADVERTISEMENTS

 DEPOK — Guru Besar Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Fatma Lestari menyampaikan pandangannya terkait kebakaran Depo Pertamina Plumpang, Jakarta. Menurutnya, saat ini yang harus dilakukan adalah investigasi terlebih dahulu penyebab terjadinya ledakan dan kebakaran tersebut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Yang pertama bukan mengetahui penyebab secara langsung, misalnya, karena adanya gangguan teknis atau adanya sumber api,” kata Fatma Lestari yang juga Kepala Disaster Risk Reduction Center (DRRC) UI dalam keterangannya di Depok, Jawa Barat, Selasa (14/3/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Menurutnya, harus diketahui mengapa kejadian tersebut dapat terjadi, sistem mana yang masih kurang, atau perlu dilakukan improvisasi. Kemudian, menurutnya, harus diketahui mengapa ledakan dan kebakaran bisa terjadi serta penyebab langsung ledakan dan kebakaran tersebut. Dia mengatakan, perlu ditelusuri apakah ada hubungannya dengan perawatan yang kurang atau standar operasional prosedur yang perlu diperbaiki dan kompetensi pelaksana di lapangan.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Momen Mudik, Kereta Cepat Beri Diskon Harga Makanan 25 Persen

Jika dilihat ke belakang, kata dia, tepatnya pada 2007, pihaknya beserta perwakilan dari Pertamina telah melakukan analisis risk assesment di salah satu tangki di Depo BBM Plumpang. Rekomendasi yang disampaikan kepada pihak Pertamina saat itu adalah pembuatan buffer zone atau disediakan jarak yang cukup antara depo dengan permukiman warga.

Dia mengatakan, buffer zone untuk jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) Pertamax amannya berada di angka 50 meter, namun lebih baik berjarak 100 meter. “Kebakaran dan ledakan ini bisa terjadi jika ada bahan bakar, kemudian sumber api dan tentunya oksigen yang ada di sekitar kita. Kalau ketiga faktor tersebut bertemu maka akan terjadi kebakaran dan ledakan,” katanya.

Akan tetapi, dia mengatakan, jika salah satunya tidak ada seperti ada kebocoran, tetapi tidak ada sumber api atau jauh dari sumber api, maka kebakaran dan ledakan tidak akan terjadi. Ia menjelaskan, untuk kasus kebakaran dan ledakan di Depo Plumpang perlu ada assesment sistem perpipaan yang menyalurkan BBM dari laut atau kilang-kilang dan sumber lainnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Kementerian BUMN Bangga BRI Jadi Satu-satunya Merek RI di Brand Finance Global

Pipe link risk management atau manajemen risiko perpipaan perlu juga menjadi perhatian. Mengingat unsur yang satu ini juga dapat menambah risiko-risiko dari sebuah kebakaran dan ledakan,” katanya.

Menurut dia, untuk objek vital sebesar Depo Pertamina diperlukan adanya kuantitatif risk assesment khusus untuk kebakaran dan ledakan, termasuk apakah permukiman harus dipindahkan atau tidak. Hal tersebut juga akan memberikan pandangan seberapa jauh dampak ketika terjadi ledakan dan kebakaran terhadap masyarakat atau lingkungan sekitar.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi