Kamis, 25/04/2024 - 08:30 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Putin dan Xi Jinping akan Terbitkan Artikel di Surat Kabar Rusia-Cina

ADVERTISEMENTS

MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping diagendakan mengadakan pertemuan di Moskow pada Senin (20/3/2023) pekan depan. Xi dan Putin disebut akan menerbitkan artikel di surat kabar yang dikelola pemerintah masing-masing negara, yakni harian People’s Daily dan Rossiyskaya Gazeta.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

“Kedua pemimpin sepakat bahwa mereka akan menerbitkan artikel di People’s Daily dan Rossiyskaya Gazeta. Artikel ini akan diterbitkan pada 20 Maret, hari Senin. Para pemimpin akan menggunakan artikel ini untuk meninjau berbagai masalah yang berkaitan dengan hubungan antara negara kami dan akan memberikan penilaian mereka tentang hubungan ini,” kata Ajudan Presiden Rusia Yury Ushakov, Jumat (17/3/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Ushakov tidak mengetahui apa yang bakal ditulis Xi Jinping dalam artikelnya. Sementara Putin bakal membahas, tidak hanya tentang hubungan bilateral, tapi juga tentang pendekatan Rusia-Cina terkait masalah Ukraina. Nantinya tulisan Putin akan diterbitkan di People’s Daily. Sementara artikel Xi bakal dipublikasikan di Rossiyskaya Gazeta. “Artikel Putin sekarang sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Cina,” kata Ushakov.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Menurut Ushakov, artikel Putin dan Xi memiliki nilai penting karena hal itu menjadi semacam simbol. “Tapi yang lebih penting adalah pembicaraan itu sendiri, yang akan berlangsung pada 20 dan 21 Maret, karena artikel-artikel itu akan memaparkan pendekatan resmi yang diketahui semua orang,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
China Tanggapi Berlanjutnya Pelepasan Air Olahan PLTN Fukushima

Dia meyakini pertemuan Putin dan Xi akan memberikan dorongan baru yang kuat untuk pengembangan kerja sama bilateral Rusia-Cina. “Tidak ada pemimpin atau pengikut dalam hubungan antara Rusia dan Cina, karena kedua belah pihak saling percaya,” ujar Ushakov.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Sementar itu, menjelang pertemuan Putin dan Xi, Amerika Serikat telah menyatakan bahwa mereka menolak seruan Beijing untuk menerapkan gencatan senjata di Ukraina. “Kami tentu saja tidak mendukung seruan gencatan senjata yang akan diminta Cina dalam pertemuan di Moskow yang hanya akan menguntungkan Rusia,” ujar juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby, Jumat lalu.

Dia mengingatkan, jika gencatan senjata diterapkan saat ini, hal itu akan secara efektif meratifikasi penaklukan Rusia. “Rusia kemudian akan bebas menggunakan gencatan senjata hanya untuk memperkuat posisi mereka di Ukraina, untuk membangun kembali, mereparasi, dan menyegarkan pasukan mereka sehingga mereka dapat memulai kembali serangan di Ukraina pada waktu yang mereka pilih. Kami tidak percaya ini adalah langkah menuju perdamaian yang adil dan tahan lama,” ucapnya.

Berita Lainnya:
Presiden Xi Jinping Berdialog dengan Presiden Terpilih Prabowo Subianto

Menurut Kirby, Presiden AS Joe Biden berencana untuk melakukan percakapan via telepon dengan Xi Jinping. Namun pengaturan kontak belum dimulai. “Tidak ada jadwal pemanggilan. Sementara Presiden (Biden) telah menjelaskan keinginannya, dia menantikan kesempatan lain untuk berbicara dengan Presiden Xi, kami tidak secara aktif terlibat dalam logistik untuk menyiapkannya sekarang,” katanya.

Pada peringatan satu tahun perang Rusia-Ukraina pada 24 Februari lalu, Cina merilis dokumen bertajuk merilis dokumen bertajuk China’s Position on the Political Settlement of the Ukraine Crisis. Dokumen itu berisi 12 poin usulan Cina untuk menyelesaikan konflik Rusia-Ukraina.

Ke-12 poin tersebut yakni, menghormati kedaulatan semua negara, meninggalkan mentalitas Perang Dingin, menghentikan permusuhan, melanjutkan pembicaraan damai, menyelesaikan krisis kemanusiaan, melindungi warga sipil dan tahanan perang, menjaga keamanan pembangkit listrik tenaga nuklir, mengurangi risiko strategis seperti penggunaan senjata nuklir dan senjata kimia, memfasilitasi ekspor gandum, menghentikan sanksi sepihak, menjaga stabilitas industri dan rantai pasok, serta mempromosikan rekonstruksi pasca-konflik.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi