Minggu, 28/05/2023 - 12:50 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Bagaimana Cara Astronaut Sholat dan Wudhu di Luar Angkasa?

Seorang pria berpakaian seperti astronot turun dari kereta di stasiun metro saat ia melakukan perjalanan sebagai bagian dari kampanye untuk mempromosikan Pameran Luar Angkasa NASA, di Istanbul, Turki, Sabtu, 4 Desember 2021.

JAKARTA — Di masa Rasulullah SAW, sholat di atas pesawat terbang, apalagi di ruang angkasa, belum pernah ada contohnya. Lantas bagaimana panduan sholat di ruang angkasa dalam perspektif fikih Islam dan ijtihad ulama?

Profesor Riset Astronomi-Astrofisika Lapan dan juga Anggota Tim Falakiyah Kementerian Agama Thomas Djamaluddin mengatakan saat ini beberapa astronaut Muslim berkesempatan menjadi dan mengorbit bumi di Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Sehingga menurut dia, diperlukan ijtihad berdasarkan dalil fikih yang shahih dengan mempertimbangkan kondisi nyata saat penerbangan atau saat mengorbit bumi.

BACAAN LAIN:
Saat Setan Bersumpah Goda Manusia, Allah Justru Berjanji tak akan Menutup Pintu Taubat

Adapun tentang waktu sholatnya, para astronaut tetap melaksanakan sholat sebanyak lima waktu. “Ya, tetap wajib lima waktu, hanya boleh digabung (jamak) dan diringkas (qasar),” kata Thomas kepada Republika.co.id melalui pesan teks, Senin (20/3/2023).

Dia menjelaskan waktu zhuhur diringkas menjadi dua rakaat dan digabung dengan ashar yang juga diringkas menjadi dua rakaat. Sedangkan maghrib tetap tiga rakaat digabung dengan isya yang diringkas menjadi dua rakaat.

BACAAN LAIN:
Tips Buat Para Suami agar Bijaksana Membimbing Istri dengan Penuh Cinta

Prof Thomas menjelaskan, dalam kondisi gravitasi mikro, astronaut tampak melayang-layang di dalam wahana antariksa jika kaki tidak mengait pada pijakan. Gerakan sedikit saja bisa memindahkan posisi astronaut. Sehingga, gerakan sholat dilakukan sesuai kemampuan yang bisa dilakukan.

Dalam kondisi yang sulit seperti itu, maka berwudhu dengan air dapat diganti dengan tayamum, yaitu dengan debu yang menempel di benda (walau dengan asumsi terdapat debu di benda tersebut).

Sumber: Republika

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi
Click to Hide Advanced Floating Content

Click to Hide Advanced Floating Content