BRIN: Teknologi Jadi Solusi Optimalkan Sektor Pertanian

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Petani merontokkan padi di lahan persawahan di Cisaranten Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/3/2023). BRIN menilai, peningkatan produktivitas pertanian bisa dilakukan dengan menggunakan teknologi.

ADVETISEMENTS

JAKARTA — Program pembangunan yang banyak menggunakan tenaga manusia kini sudah tidak populer seiring dengan jumlah lahan pertanian semakin menyempit dan minat menjadi petani semakin berkurang, ujar Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional, Marsudi Wahyu Kisworo.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Ia mengatakan solusi untuk memecahkan masalah tersebut adalah dengan menggunakan inovasi teknologi alat pertanian yang menggunakan tenaga listrik dan memanfaatkan kecerdasan buatan. Indonesia boleh gencar mengembangkan mobil listrik, tapi para insinyur juga bisa membuat alat-alat pertanian yang menggunakan tenaga listrik. Misalnya membuat traktor otonom (tanpa awak) dengan bertenaga listrik dari panel surya.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Inovasi kita harus diarahkan ke sana (alat pertanian),” ujar Marsudi di Jakarta, Senin (27/3/2023).

ADVERTISEMENTS

Marsudi menuturkan, inovasi juga harus mengarah kepada pertanian cerdas yang bisa diautomasikan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Mulai dari informasi dan teknologi, elektro, maupun internet untuk segala atau IoT.

ADVERTISEMENTS

Tren inovasi selanjutnya adalah precision farming. Misalnya memanfaatkan drone untuk menyebarkan pupuk dan air, sehingga efisien dan tidak boros.

“Teknologi IoT juga diperlukan untuk mendeteksi tanaman. Misalnya kapan harus diberikan air, jika cukup, otomatis kerannya ditutup, dan sebagainya,” ujar Marsudi.

Ia menyampaikan bahwa kunci utama produksi pertanian adalah meningkatkan produktivitas di hulu. Salah satunya dengan melakukan rekayasa genetik.

Di Indonesia, rata-rata produksi tebu dalam satu hektare hanya menghasilkan 60 sampai 70 ton tebu. Sedangkan, India dan Brasil bisa memproduksi tebu hingga 140 ton per hektare.

Mengutip kondisi ketahanan pangan pada tahun ini, Badan Pangan Nasional menyatakan komoditas garam, gula, daging, bawang putih, dan kedelai masih bergantung impor. “Maka, jika berinovasi, para insinyur fokus pada komoditas-komoditas itu,” kata Marsudi.

 

 

sumber : ANTARA

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version