Jumat, 26/04/2024 - 04:11 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pemikiran Integrasi Tuan Guru Arsyad dan Tajdid Al Washliyah

ADVERTISEMENTS

Oleh: Dr. KH. Masyhuril Khamis & H. J. Faisal*

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

Organisasi perkumpulan Al Jam’iyatul Washliyah (Al Washliyah)  sesungguhnya merupakan sebuah organisasi massa Islam yang menjadi besar karena dasar pemikiran yang kuat dari para ulama pendirinya. Salah satunya adalah dasar pemikiran dari Syekh Tuan Guru Arsyad Thalib Lubis (Tuan Guru Arsyad, 1908-1972).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Jika ditelusuri lebih mendalam, Tuan Guru Arsyad menginginkan penyatuan atau integrasi antara sistem kehidupan yang ada di dalam Islam, dengan sistem kehidupan bermuamalah dan bernegara (daulah). Artinya, Tuan Guru Arsyad sejak dahulu telah melihat bahwa negara Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, harus mempunyai kemampuan untuk memberikan warna Islami yang lebih tebal kepada sistem pemerintahan dan muamalah bangsa Indonesia.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Karena ‘tajam’ dan ‘berbahayanya’ pemikiran beliau (menurut pemerintah penjajah Belanda) dalam melihat kondisi berbangsa dan bernegara inilah, akhirnya penjajah kolonial Belanda yang masih bercokol di Indonesia, mengganjar hukuman penjara kepada Tuan Guru Arsyad di Sumatra Utara.

ADVERTISEMENTS

Belanda tidak ingin melihat kebangkitan umat Islam Indonesia, khususnya di pulau Sumatra dapat meningkatkan gelombang perlawanan rakyat terhadap kolonisasi mereka pada waktu itu.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Namun, cerdasnya pemikiran Tuan Guru Arsyad telah ditangkap dan diartikan sangat afirmatif oleh para pemuda Sumatera Utara sebagai penyuntik semangat melawan perlawanan kolonisasi Belanda. Maka, pada akhir tahun 1930, tepatnya tanggal 30 November 1930, lahirlah sebuah organisasi massa Islam di Sumatera Utara yang bernama perkumpulan Al Jam’iyatul Washliyah.

Sejatinya, Tuan Guru Arsyad memiliki peran dalam sejarah politik lokal dengan menjadikan organisasi Al Jam’iyatul Washliyah dan partai politik Masyumi sebagai alat perjuangan nasionalisme keislaman melalui tiga gerakan; Pendidikan, Dakwah, dan Politik kebangsaan.

Berita Lainnya:
Hamas Kutuk Pembunuhan yang Dilakukan Israel Pada Dua Warga Sipil tak Bersenjata

Dengan semangat jihad dan syiar Islamnya, beliau berhasil membangkitkan kesadaran patriotisme dan nasionalisme bagi masyarakat dan kalangan pemuda Sumatra Utara untuk mengusir penjajah Belanda dan sekutunya serta perlawanan terhadap paham dan gerakan komunisme.

Kiprah dan aktivisme sosial politik Tuan Guru Arsyad terutama dalam organisasi Al Washliyah telah terbukti cukup signifikan dalam membawa kemajuan dan perkembangan Al Washliyah lebih lanjut.

Dengan tiga elemen dasar pergerakan tersebut (pendidikan, dakwah, dan politik kebangsaan), maka dapat kita interpretasikan bahwa sesungguhnya  pemikiran Tuan Guru Arsyad telah mampu untuk melampaui pemikiran tentang cara memajukan sebuah peradaban bangsa pada masanya.

Itu terbukti dari kemampuan beliau untuk melihat bahwa nilai-nilai ajaran yang dikandung dalam Islam sesungguhnya merupakan solusi bagi segala macam kesulitan yang diderita oleh bangsa Indonesia pada waktu itu.

Hal tersebut dibuktikan juga dengan pemikiran politik beliau yang memiliki corak nasionalis religius dan tipologi pemikiran politik keislamannya, yang digolongkan kepada tipe Integrisme.

Pemikiran politik keislamannya sangat dipengaruhi oleh pemahaman dan kedalaman pengetahuannya terhadap ilmu keislaman beliau (khususnya ilmu fiqih, perbandingan agama, dan hukum Islam). Tidak mengherankan jika pemikiran politik dan fatwa Tuan Guru Arsyad memiliki pengaruh yang luas dalam membangkitkan semangat nasionalisme para pemuda umat Islam Indonesia, khususnya yang berada di Sumatra Utara, dalam melawan kolonialisme dan memberantas komunisme.

Tuan Guru Arsyad juga termasuk ulama inisiator pembuatan peraturan atau undang-undang tentang anti komunisme dan pelarangan eksistensi Partai Komunis Indonesia pada waktu itu. Pemikirannya tentang penentangan terhadap atheisme dan komunisme bahkan menjadi rujukan di kawasan masyarakat muslim di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Berita Lainnya:
Ekonomi dan Keuangan Syariah Masih Perlu Ditingkatkan

Dengan begitu, berdasarkan pemikiran beliau yang menentang keberadaan paham  komunis yang mulai ‘meracuni’ negara-negara Asia Tenggara pada awal tahun 1960-an, dibentuklah sebuah perkumpulan negara Asia Tenggara, yaitu Association South East Asian Nations, atau yang lebih dikenal dengan singkatan ASEAN.

Sebenarnya, salah satu tujuan utama dibentuknya ASEAN pada tahun 1967 tersebut adalah untuk mencegah paham komunis masuk ke negara-negara Asia Tenggara pada waktu itu. Karena itu, sangatlah keliru kiranya, jika masih ada pemikiran dan anggapan yang mengatakan bahwa perkumpulan Al Washliyah sebenarnya hanya sebuah perkumpulan atau organisasi massa Islam yang hanya mengikuti pemikiran dan tata cara beribadah dua organisasi besar lainnya, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah.

Berdasarkan pemikiran salah satu ulama besar pendiri Al Washliyah tersebut, yaitu Tuan Guru Arsyad, maka sesungguhnya Al Washliyah adalah sebuah organisasi Islam yang mempunyai corak pemikirannya sendiri, ciri khasnya sendiri, yaitu integrasi antara keilmuan (pemikiran) Islami dan akidah Islam yang lurus, berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah.

Jadi jelas bukan berdasarkan kepada pemikiran dari organisasi Muhammadiyah atau tata cara beribadah dari organisasi NU. Dengan kata lain, Al Washliyah adalah Al Washliyah, Al Washliyah bukan setengah Muhammadiyah, dan Al Washliyah juga bukan setengah NU.

TAJDID AL WASHLIYAH

Keintegrasian antara keilmuan (pemikiran) Islami dan akidah Islam yang lurus itu pula yang kini dijadikan sebagai landasan pembaharuan (tajdid) Al Washliyah  dalam memajukan pendidikan, dakwah, ekonomi umat, dan politik kebangsaan bagi para anggotanya secara khusus, dan umat muslim seluruh Indonesia pada umumnya.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi