LINGKUNGAN

Bumi Terancam Punah, Ini Buktinya

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA—Hampir setengah dari hewan di Bumi menghadapi penurunan populasi yang tajam, atau hampir dua kali lipat dari perkiraan sebelumnya, menurut para ilmuwan dalam studi baru.

ADVERTISEMENTS

Ahli biologi evolusi Daniel Pincheira-Donoso, penulis utama studi baru tersebut, mengatakan bahwa dia menemukan hasil penelitiannya sendiri yang sangat mengkhawatirkan.

ADVERTISEMENTS

Tim mengamati lebih dari 700 ribu spesies, termasuk mamalia, burung, reptil, amfibi, ikan, dan serangga, untuk memahami populasi mana yang berisiko menghilang dari planet ini dan mana yang memiliki peluang untuk bertahan hidup. Pincheira-Donoso mengatakan penelitian menemukan bahwa 48 persen spesies menurun. “Kejutan terbesarnya asalah sebanyak 33 persen spesies yang sebelumnya dianggap ‘tidak terancam’ sedang mengalami penurunan yang serius,” kata Pincheira-Donoso, dikutip Daily Mail, Kamis (25/5/2023).

ADVERTISEMENTS

Sebagai perbandingan, Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) hanya mengkategorikan sekitar 28 persen dari spesies yang diketahui saat ini terancam punah.

Pincheira-Donoso, yang menjabat sebagai kepala Lab Keanekaragaman Hayati Makro di Queen’s University Belfast, dan timnya, mengambil penilaian risiko kepunahan tradisional dari IUCN. Tim membandingkan angka-angka tersebut dengan data yang lebih luas tentang penurunan populasi spesies yang dikenal sebagai tren sepanjang waktu.

Sementara perkiraan dari IUCN menunjukkan kurang dari apa yang ditemukan laporan baru, metodologi yang digunakan oleh Pincheira-Donoso dan rekannya juga disetujui oleh IUCN sebagai ukuran risiko kepunahan.

ADVERTISEMENTS

Data mereka juga berasal dari tren populasi spesies yang dikumpulkan oleh IUCN serta mitra kelompok konservasi sipil dan pemerintah internasional untuk tahun 2022.

Mamalia, burung, dan serangga adalah kelompok yang menghadapi penurunan mengejutkan, berdasarkan analisis baru.

Amfibi, yang telah lama dikenal sangat rentan terhadap penyebaran global bahan kimia industri, penyakit, dan jamur, juga menghadapi beberapa risiko yang paling mengerikan secara keseluruhan.

Sementara untuk ikan dan reptil, lebih banyak spesies dalam kelompok ini yang tampaknya memiliki angka populasi yang stabil.

Hal yang mengkhawatirkan adalah hanya sedikit spesies yang benar-benar mendapat manfaat dari mesin kembar pertumbuhan populasi manusia dan perubahan iklim, dengan hanya sejumlah kecil spesies yang ditemukan berkembang biak. “Tiga persen kecil dari mereka mengalami peningkatan populasi,” kata Pincheira-Donoso.

Hal itu tidak mengherankan, tapi tetap mengkhawatirkan. Spesies yang paling terpukul cenderung berada di daerah tropis, menurut penelitian tersebut, dengan perubahan iklim disebut sebagai pendorong utama.

Kepada CNN, Pincheira-Donoso mengatakan hewan di daerah tropis lebih sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan yang cepat.

Anehnya, burung di daerah tropis ternyata lebih baik daripada burung di tempat lain, menurut temuan yang dia kaitkan dengan kemampuan untuk bermigrasi, benar-benar terbang menjauh dari masalah mereka.

Sementara para ahli dari luar memuji studi tersebut karena ‘menggabungkan lintasan populasi dengan susah payah’, para penulis dengan cepat mengakui kesenjangan dalam informasi yang tersedia. Populasi spesies yang tidak diketahui dan tidak tercatat diestimasi menggunakan kalkulasi Data Deficient (DD) memakai rata-rata skenario kasus terburuk dan kasus terbaik.

Temuan juga menunjukan keunikan daerah tropis. Ada kecenderungan untuk daerah tropis memiliki jumlah spesies yang lebih tinggi yang tidak ada informasi tentang tren populasi ibandingkan dengan jumlah di daerah beriklim sedang.\’

“Daerah tropis cenderung memiliki jumlah spesies yang luar biasa,” kata dia menambahkan.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Exit mobile version