Sabtu, 20/04/2024 - 13:42 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIENERGI

Pengamat Migas: Laba Rp 56,6 triliun, Keberhasilan Efisiensi Pertamina

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai perolehan laba Pertamina sepanjang 2022 sebesar Rp 56,6 triliun menjadi bukti keberhasilan program efisiensi yang dijalankan perusahaan tersebut.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Pertamina patut diapresiasi. Dengan meraih laba, berarti mereka telah melakukan kegiatan luar biasa, salah satunya efisiensi di berbagai sektor,? ujar pengamat migas tersebut dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (9/6/2023).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Menurut dia, tidak mudah untuk meraih laba pada kondisi saat ini, apalagi meningkat sekitar 86 persen dari tahun sebelumnya. Keberhasilan tersebut, karena Pertamina menerapkan kebijakan yang tepat.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Eskalasi Geopolitik Tinggi, Revisi Perpres 191 Soal Subsidi Dikebut 

“Terlebih, selain efisiensi, Pertamina juga menerapkan digitalisasi sehingga bisa mengurangi kerugian dan penyalahgunaan BBM. Jika Pertamina tidak menerapkan berbagai strategi, rugi juga ,”katanya.

Komaidi menyatakan, fakta bahwa Pertamina menerapkan strategi bisnis yang tepat karena tahun-tahun sebelumnya juga mampu meraih hasil positif.Termasuk pada 2020, saat pandemi Covid-19.

Ketika itu, tambahnya, banyak perusahaan migas dunia mengalami kerugian, sebaliknya, Pertamina justru berhasil meraih laba sebesar Rp14 triliun.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Di tengah hantaman triple shocks berupa anjloknya harga minyak, jatuhnya permintaan minyak, dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, Pertamina justru memperlihatkan kinerja menggembirakan.

Berita Lainnya:
Pertamina Ajak UMKM Cari Cuan di Momen Ramadhan

Namun demikian, menurut Komaidi, ke depan Pertamina harus tetap berhati-hati menghadapi berbagai tantangan, termasuk terkait transisi energi.

Selain itu, Pertamina lebih bijak dalam menetapkan portofolio investasi, termasuk di sektor energi fosil dan energi baru terbarukan (EBT). Terlebih, karena diperkirakan energi yang bersumber dari fosil masih dibutuhkan hingga 30-50 tahun ke depan.

“Saya kira isu-isu resesi dan ekonomi global, pelemahan mata uang, dan lainnya sudah biasa dihadapi oleh Pertamina. Namun persoalan transisi energi tergolong isu baru,” katanya.

sumber : Antara

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi