Serangan Bertubi-tubi, Kapankah Muslim India akan Merasa Aman?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

#attachment_caption

NEW DELHI — Sejak partai nasionalis Hindu Bharatiya Janata (BJP) berkuasa pada 2014, yang dipimpin oleh perdana menteri, Narendra Modi, insiden kekerasan sektarian yang menargetkan minoritas Muslim semakin sering terjadi.

ADVERTISEMENTS

Kelompok-kelompok sayap kanan Hindu yang semakin berani di bawah rezim Modi, telah melakukan penganiayaan dan hukuman mati tanpa pengadilan terhadap Muslim. Tidak hanya itu, semakin banyak pula aksi unjuk rasa dan pawai yang menampilkan ujaran kebencian anti-Muslim dan seruan genosida untuk melakukan kekerasan. Di negara-negara bagian yang dikuasai BJP, umat Islam digambarkan sebagai “penyusup”, menghadapi kebijakan diskriminatif dan rumah mereka digusur.

ADVERTISEMENTS

Kekhawatiran semakin meningkat ketika India akan menggelar Pemilu di 2024 dan Modi diperkirakan akan memenangkan masa jabatan ketiga. Umat muslim India khawatir gejolak kekerasan terhadap umat Islam akan terus memburuk.

ADVERTISEMENTS

“Sejak pemerintah ini berkuasa untuk kedua kalinya pada tahun 2019, kekerasan semacam ini telah meningkat secara nyata,” kata seorang peneliti di Pusat Studi Kesetaraan di Delhi, Neera Chandhoke dilansir dari The Guardian, Senin (7/8/2023).

ADVERTISEMENTS

“Saya takut dengan apa yang terjadi pada masyarakat kita. Kekhawatiran saya adalah semakin dekat dengan pemilihan, akan ada lebih banyak insiden ini, akan lebih banyak tumpukan kayu bakar dan tempat pemakaman,” jelas dia.

ADVERTISEMENTS

Seperti diketahui, pada Jumat (28/7/2023) lalu, seorang fisioterapis dari Madhya Pradesh, negara bagian yang diperintah oleh BJP,  Zarin Khan (23 tahun), berakhir di rumah sakit setelah dia diserang oleh gerombolan empat pria Hindu saat pulang kerja. Kronologinya, para pelaku mulai memukulinya dan menyerangnya dengan pentungan dan tongkat besi, merobek jilbabnya, menganiayanya dan meneriakkan hinaan agama kepadanya. Saat dia memohon bantuan, mereka tertawa dan mengatakan kepadanya, “Kamu tidak dapat melakukan apa pun, administrasi adalah milik kami.”

ADVERTISEMENTS

Pada Senin (31/7/2023), seorang petugas kereta api, Chetan Singh naik kereta menuju Mumbai. Awalnya dia menembak atasannya dan kemudian berjalan melewati gerbong dan memilih tiga pria Muslim yang dapat diidentifikasi dengan nama dan janggut mereka. Singh kemudian menembak mati mereka yang salah satunya bernama Mohammad Asgar (48 tahun).

ADVERTISEMENTS

Saudara laki-laki Asgar, Mohammad Sanaullah (36 tahun) mengatakan, pembunuhan itu di luar pemahaman. “Jelas dia diserang karena dia Muslim,” katanya.  

ADVERTISEMENTS

“Jika kakakku bisa terbunuh seperti ini, bagaimana aku bisa merasa aman? Bagaimana setiap Muslim akan merasa aman? Ini semua bisa dihentikan jika pemerintah menghendaki.  Tetapi apakah mereka ingin menghentikannya? Aku meragukan itu,” jelas Sanaullah.

ADVERTISEMENTS

Kesedihan serupa mencengkeram Shadab Anwar (25 tahun). Pada (31/7/2023) malam, saudara laki-lakinya yang bernama Mohammad Saad (22 tahun) juga dibunuh di sebuah masjid di Gurgaon, kota satelit Delhi, oleh gerombolan Hindu sayap kanan yang terdiri lebih dari 100 orang.  Polisi telah berjaga di sekitar masjid pada saat itu, namun serangan terhadap imam muda itu tetap dilakukan tanpa ampun.

Anwar telah berbicara dengan saudaranya kurang dari setengah jam sebelum penyerangan dan Saad meyakinkannya bahwa dia akan aman karena perlindungan polisi di masjid. Namun pada tengah malam listrik padam dan tidak lama kemudian massa turun.

Mereka membunuh Saad dan menembak dua orang lainnya. Empat pria Hindu telah ditangkap atas pembunuhan itu.  “Di mana dan bagaimana kita akan merasa aman?” kata Anwar.  “Ini semua terjadi di daerah perkotaan, dekat ibu kota India, dan di hadapan polisi,” jelasnya.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version