Sabtu, 02/12/2023 - 16:49 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Ingin Anak Kuat Secara Mental, Psikolog Sarankan Aktif Kegiatan Ekstrakulikuler Sekolah

 JAKARTA — Sering kali orang tua hanya menuntut anak meraih prestasi akademik, namun melupakan eksplorasi lainnya. Padahal, aktif di luar kegiatan akademik juga dapat menumbuhkan kekuatan mental sang anak.

Menurut Dr Muhammad Iqbal PhD Psikolog, Associate Prof Universitas Paramadina, jika orang tua ingin anak kuat secara mental dan emosional, dorong mereka agar banyak aktif di ekstrakurikuler. Sebab untuk membentuk mental tangguh anak, tidak cukup hanya dengan ceramah.

“Tapi anak harus aktif ekstrakurikuler, misalnya di Pramuka, anak terjun ke kali, dibentak, dijemur,” kata Dr Iqbal dalam gelaran Islamic Book Fair di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Berita Lainnya:
Agar Bermanfaat untuk Kesehatan, Begini Cara Seduh Teh Celup yang Benar

Dia melihat bahwa terkadang orang tua di zaman sekarang, malah membentak balik guru yang mencoba mendisiplinkan anak. Anak juga penting lebih didekatkan dengan alam. Apalagi, misalnya diwajibkan pernah naik gunung minimal satu kali saja sekama sekolah. 

Atau bisa juga memilih kegiatan berbasis alam lain, seperti berenang, outbond di air. Jangan sampai ada sekolah mengeklaim sebagai sekolah mental, membangun karakter, tetapi isinya hanya ceramah saja.

“Harus banyak latihan, gimana nyampe puncak (gunung) selama dua jam misalnya,” ujar dia.

Berita Lainnya:
Menkes: Cacar monyet tidak akan menular sepesat COVID-19

Dr Iqbal menggambarkan aktivitas naik gunung cukup menyulitkan. Namun, aktivitas ini bisa menjadi sarana menempa mental anak.

Atau anak punya pengalaman di dunia bekerja, berdagang, misalnya, juga bisa sekaligus melatih mental mereka. Adapun ia juga mengingatkan orang tua yang tidak perlu terlalu over protektif.

“Kadang-kadang anak gak boleh tahu orang jahat, padahal mereka harus diedukasi,” jelas dia.

Selain itu pengaruh internet juga tidak bisa dianggap spele. Tentu saja anak tidak perlu dilarang mengakses segala informasi di internet, namun perlu didampingi orang tua.

Sumber: Republika

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi
Click to Hide Advanced Floating Content

Click to Hide Advanced Floating Content