Merapi Luncurkan 13 Kali Guguaran Lava Dalam 24 Jam Terakhir

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Luncuran lava pijar Gunung Merapi terlihat dari Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (2/2/2024). Data pemantauan BPPTKG menunjukkan suplai magma yang masih berlangsung dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya dan mengimbau masyarakat untuk mewaspadai lahar saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

ADVERTISEMENTS

YOGYAKARTA — Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mengamati bahwa Gunung Merapi mengeluarkan belasan kali guguran lava dalam 24 jam terakhir. Belasan guguran tersebut mengarah ke Kali Bebeng selama Ahad (25/2/2024).

ADVERTISEMENTS

“Teramati 13 kali guguran lava ke arah Kali Bebeng dengan jarak luncur maksimum 1.400 meter,” kata Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, Senin (26/2/2024).

BPPTKG menuturkan bahwa kegempaan Merapi juga masih cukup tinggi. Dalam 24 jam terakhir tercatat gempa guguran sebanyak 53 kali, gempa fase banyak 85 kali, gempa vulkanik dangkal sebanyak 24 kali.

“Juga tercatat gempa tektonik jauh sebanyak dua kali,” ucap Agus.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

BPPTKG menyebut bahwa aktivitas vulkanik Merapi masih cukup tinggi. Saat ini Merapi masih berada di level III atau berstatus siaga. Untuk itu, potensi bahaya Merapi saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat dan sektor tenggara.

Potensi bahaya pada sektor selatan-barat daya meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal lima kilometer, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer. Sedangkan, pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal tiga kilometer, dan Sungai Gendol lima kilometer.

ADVERTISEMENTS

“Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak,” ujarnya.

ADVERTISEMENTS

Agus juga menuturkan bahwa dari data pemantauan menunjukkan suplai magma masih berlangsung. Hal ini dapat memicu terjadinya awan panas guguran di dalam daerah potensi bahaya.

Dengan demikian, masyarakat diminta agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya. Selain itu, masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar dan awan panas guguran (APG), terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

“Masyarakat agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi. Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka tingkat aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” jelas Agus.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version