UPDATE

OPINI
OPINI

Siapkah Kita dengan Tuntutan Anak-anak Gaza?

SUASANA Hari Raya Idul Fitri seharusnya ceria dan bahagia, namun tidak untuk anak-anak Gaza. Pengeboman Israel di Jalur Gaza, Palestina, terus berlanjut tepat di hari pertama Lebaran. Tentulah jerit tangis menggantikan tangis bahagia, sangat berbanding terbalik dengan keadaan muslim lainnya tetangganya. Puluhan orang tewas dan mendapatkan syahidnya Insyaallah.

Benjamin Netanyahu, perdana menteri Israel laknatullah tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengurangi tekanan terhadap Hamas di tengah putaran baru perundingan gencatan senjata. Sumber media mengatakan kepada Al Jazeera setidaknya 35 orang tewas di kota-kota selatan Rafah dan Khan Younis. Pembunuhan keji itu juga menyasar pekerja medis Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS).

PRCS menyebut ini tragedi bukan hanya untuk Palestina, tapi juga bagi kerja kemanusiaan. Tindakan Israel jelas sebuah kejahatan perang, karena Israel juga telah menghentikan pengiriman bantuan sejak awal Maret.

Dunia hanya mampu menghitung korban yang berjatuhan, sebagaimana PBB mengatakan sedikitnya 100 anak telah terbunuh atau terluka setiap hari di Gaza sejak serangan dimulai kembali pada 18 Maret, bahkan saat Amerika Serikat menggarisbawahi dukungan berkelanjutan bagi Israel. Ironinya PBB tetap merayakan hari anak untuk anak Palestina, padahal yang disajikan hanyalah kisah mengerikan korban kebiadaban Israel yang disokong Amerika.

Kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA), Philippe Lazzarini, mengatakan tidak ada yang membenarkan pembunuhan anak-anak, ia mengatakan Israel mengubah wilayah yang dikepung menjadi “tanah terlarang” bagi anak-anak dan menyesalkan bahwa “nyawa anak-anak” dipotong dalam perang yang bukan disebabkan oleh anak-anak.

UNICEF melaporkan, sedikitnya 322 anak dilaporkan tewas sejak Israel memperbarui serangannya pada 18 Maret 2025, menghancurkan gencatan senjata dua bulan yang mulai berlaku pada 19 Januari 2025. Direktur Eksekutif UNICEF Catherine Russell mengatakan gencatan senjata yang semestinya memberikan jalur hidup yang sangat dibutuhkan bagi anak-anak Gaza dan harapan untuk jalan menuju pemulihan, kembali menjerumuskan anak-anak ke dalam siklus kekerasan dan kekurangan yang mematikan.

Berita Lainnya:
PIP Berubah Jadi Kartu Undangan Kampanye Anggota DPR

Sampai Kapan Anak Gaza Terus Menderita?

Menurut Hamas, impunitas Israel telah mendorong eskalasi lebih lanjut atas kejahatan terhadap anak-anak Palestina. Hamas melaporkan, sekitar 1.100 anak telah ditahan oleh tentara Israel sejak 7 Oktober 2023, dan sekitar 39.000 lainnya telah kehilangan salah satu atau kedua orang tua karena kekerasan tersebut.

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Pendudukan Israel “terus menargetkan anak-anak melalui kejahatan sistematis, termasuk menggunakan mereka sebagai tameng manusia, merampas pendidikan mereka, dan berupaya memutuskan identitas nasional mereka di wilayah pendudukan tahun 1948 melalui manipulasi kurikulum, penyebaran kejahatan, dan penghancuran nilai-nilai.

Data yang diterbitkan dalam pernyataan bersama oleh Komisi Palestina untuk Urusan Tahanan, Masyarakat Tahanan Palestina, dan Asosiasi Dukungan Tahanan dan Hak Asasi Manusia Addameer mengatakan bahwa anak-anak yang ditahan mengalami penyiksaan, kelaparan, pengabaian media dan perampasan sistematis setiap hari.

Sementara itu, UNRWA mengatakan lebih dari 142.000 warga Palestina telah mengungsi antara 18 Maret dan 23 Maret, dan memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan lain di Gaza setelah runtuhnya gencatan senjata. Anak-anak Gaza hingga sebagian besar wanita, sejak perang dimulai, telah mengalami pengungsian paksa berulang kali di tengah pemboman, ketakutan dan kehilangan.

Sayangnya, bak suara menghilang di tengah badai, meski Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan November lalu untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Demikian juga Israel menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di Gaza tersebut tetap tak ada keputusan berarti. Nasib anak-anak Gaza tetap terkatung-katung dalam penderitaan.

Seruan Jihad dan Tegakkan Khilafah Selamatkan Anak Gaza

Kebiadaban Zionis tiada tara, puluhan ribu anak-anak menjadi korban genosida juga meninggalkan kepedihan berupa anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orangtua. Semua fakta ini terjadi di tengah narasi soal HAM dan tetek bengek aturan internasional dan perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak.

Berita Lainnya:
Aceh, Bencana, dan Negara yang Tak Pernah Belajar

Nyatanya aturan-aturan tersebut tak mampu menghentikan apalagi mencegah penderitaan anak-anak Palestina. Semestinya , semua kepedihan ini menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya.

Sekelas PBB atau apapun itu hanya mampu sebatas menyampaikan laporan, sementara untuk tindakan nyata sebagaimana menjadi polisi dunia sebagaimana yang mereka gaungkan, mereka berubah menjadi macan ompong, bertekuk lutut di depan. Amerika sebagai salah satu anggota Dewan Keamanan PBB sekaligus pemegang kendali dunia dengan sistem Kapitalismenya.

Masa depan Gaza, Palestina ada pada tangan mereka sendiri, yakni pada kepemimpinan politik Islam atau Khilafah yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan. Hanya Khilafah yang jelas sebagai sebuah negara dengan fungsi sebagai rain dan junnah, tidak akan pernah membiarkan kezaliman menimpa rakyatnya. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah Saw., “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).

Khilafah terbukti selama belasan abad berhasil menjadi benteng pelindung yang aman, dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak sehingga mereka bisa menjadi generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa.

Setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya Khilafah agar mereka punya hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orang tua mereka dibantai oleh Zionis dan sekutu-sekutunya. Persoalan anak-anak Gaza akan selesai ketika persoalan Palestina juga terselesaikan secara tuntas. Dan solusi tuntas hanya dapat terwujud dengan jihad dan khilafah. Bukan solusi dua negara ( two nation Solution) atau relokasi sekalipun. Wallahualam bissawab.

Reaksi

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.