“Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” begitu dikatakan Seno Gumira Ajidarma.
Menyimak quote Seno Gumira Ajidarma, menulis merupakan cara lain untuk menyampaikan sebuah pesan. Cara mana dapat menghubungkan sebuah pandangan antara seseorang dengan orang lain lain, baik secara personal maupun massal. Sehingga terbangun satu sikap saling memahami satu sama lain.
Jurnalis salah satu profesi yang berkaitan dengan dunia menulis. Dengan keahlian yang dimiliki, seorang jurnalis dapat berbicara banyak dari apa yang mereka amati, lalu dikemas menjadi sebuah informasi yang bermanfaat bagi khalayak.
Kalau menurut KBBI jurnalis adalah orang yang pekerjaannya mengumpulkan dan menulis berita berita di media massa cetak maupun elektronik. Istilah lainnya sering disebut wartawan, artinya orang yang mewartakan sebuah peristiwa.
Fungsi jurnalis seringkali dengan pekerjaan mewartakan, maka tidak semua orang senang dengan apa yang diwartakan tersebut, apalagi jika itu menyangkut kepentingan dirinya yang selama ini disembunyikan tiba-tiba menjadi berita umum. Tentu orang tidak suka.
Namun seperti kata netizen, jurnalis juga manusia, artinya mereka juga tidak luput dari kesalahan dalam menjalankan pekerjaannya. Sekecil apapun mungkin ada yang bersifat sangat subjektif terjadi, dan hal itu dapat menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Peristiwa tragis pernah menimpa seorang pekerja jurnalistik adalah Jamal Kashoggi yang dikabarkan hilang saat tengah melakukan pekerjaannya di sebuah negara. Pria berumur 59 tahun ini memulai kariernya sebagai wartawan di Arab Saudi setelah lulus dari sebuah universitas Amerika di tahun 1985.
Kemudian Khashoggi bekerja di sejumlah media Arab dan saluran TV, memulai karier sebagai wartawan asing sampai menjadi pemimpin redaksi.
Pejabat Turki menuding bahwa Khashoggi telah dibunuh di konsulat oleh regu yang dikirim oleh Saudi. Namun, klaim itu dibantah Saudi.
Khashoggi merupakan seorang pengkritik kepemimpinan kerajaan dan menjadi kontributor Washington Post. Dia terlihat terakhir kali pada 2 Oktober 2018 saat memasuki konsulat Saudi di Istanbul.
Terlepas dari berita lenyapnya Khasshogi yang kontroversial tersebut. Sebetulnya banyak pelajaran yang bisa kita petik. Terlebih jika Anda seorang jurnalis atau amatir yang suka menulis. Beberapa poin seperti berikut:
Pahami peran menulis
Ini sebagai langkah awal membangunkan kesadaran kita sebelum menjadi seorang penulis. Tanamkan dalam alam bawah sadar kita bahwa menulis itu memiliki peran dalam mencerdaskan dan wawasan manusia.
Oleh sebab itu tulisan yang dihasilkan oleh seorang jurnalis atau penulis dapat mencerahkan, positif dan mempengaruhi cara pandang orang menjadi lebih jernih terhadap suatu objek.
Menulis berarti meng-organisasi gagasan secara sistematis dan mengungkapkannya secara tersurat.
Dengan demikian permasalahan yang semula masih samar menjadi lebih jelas. Bukan sebaliknya, justru menimbulkan kekaburan dan menciptakan perdebatan tanpa dasar. Karenanya lakukan peran menulis dengan baik dan niat mulia.
Jadilah penulis beretika
Bukan hanya sebagai jurnalis, semua penulis pun perlu memiliki etika dalam melakukan pekerjaannya. Etika akan mengarahkan seseorang kepada perbuatan baik, jujur, dan bertanggung jawab. Sikap tersebut dapat mempengaruhi karya jurnalistik mereka.
Dengan mengindahkan etika penulisan dan etika profesi membuat seseorang dapat melihat batasan-batasan secara jelas. Apa yang boleh dan tidak boleh untuk dituliskan sebagai konsumsi publik.
Prinsip bahwa kebenaran harus diungkapkan, namun perlu diperhatikan juga dari sudut pandang mana kebenaran itu dinilai. Apa standar kebenaran yang dimaksud dan hendak diungkap. Bahkan adakalanya kebenaran itu akan muncul dengan sendirinya tanpa perlu dicari-cari dalam tumpukan kesalahan.
Siap menerima resiko
Tidak ada pekerjaan apapun di dunia ini yang tidak memiliki resiko. Semua pastinya ada konsekuensi yang harus ditanggung dan diterima oleh seseorang. Termasuk dalam pekerjaan menulis dan jurnalistik. Bahkan resiko sebagai seorang jurnalis ataupun wartawan lebih besar daripada profesi lainnya.
Apa yang dialami oleh Khasshogi hanyalah satu dari sekian ribu kasus lain yang sama pernah dialami oleh mereka yang berprofesi sebagai jurnalis.
Ancaman jiwa, teror terhadap keluarga, penjara dan kriminalisasi, pelecehan, penganiayaan adalah sederetan resiko yang kerap diterima oleh kawan-kawan wartawan. Demikian kerasnya cobaan dalam menjalankan profesi menulis.
Perkara ini bisa muncul karena apa yang kita tuliskan belum tentu pihak lain suka dengan cara kita. Sekalipun tulisan kita dalam konteks mengungkapkan sebuah kebenaran, faktual dan otentik.
Jangan terlalu keras mengkritik
Siapapun tidak senang kalau ia dikritik. Mungkin sekali atau dua kali, ia masih dapat merespon dan menerima secara positif. Namun jika sudah berkali-kali dikritik, maka jika meminjam istilah sebuah lagu ‘semut pun akan marah’. Lalu pasti akan terjadi perlawanan.
Lagi pula kritik yang terlalu masif tidak dapat mengubah apapun selain membuat pihak tertentu dipermalukan. Jadi silakan tulisan kita sarat akan kritikan namun menurut saya hal itu bukanlah sebuah karya tulisan yang selalu berkualitas. Kata orang sebagai upaya chek and balance, ya sepakat untuk itu. Tetapi tidak harus selalu dengan bombamdir kritikan.
Menempatkan orang lain sebagai penjahat
Menulis adalah senjata, maksud saya senjata itu sebuah alat yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan.
Dalam hubungan positif, senjata bisa digunakan sebagai alat keselamatan diri dan orang lain. Namun jangan lupa, senjata juga bisa dipergunakan sebagai alat untuk membunuh atau membinasakan orang lain, bahkan bisa menjadi senjata makan tuan.
Sebuah tulisan pasti menimbulkan pengaruh terutama bagi pembacanya. Opini dan persepsi pembaca seringkali dapat dengan mudah dibentuk melalui karya tulis. Sesuatu yang dianggap buruk didalam masyarakat bisa berubah menjadi sangat positif karena ada upaya pembentukan opini yang dilakukan oleh pekerja jurnalistik.
Oleh karena itu hindari membangun opini dalam sebuah tulisan kita yang dapat menempatkan orang lain atau menimbulkan persepsi sebagai seorang penjahat, apalagi jika dengan sengaja kita lakukan. Hal ini bukan hanya melanggar etika jurnalistik dan etika profesi namun juga tidak mencerdaskan publik.
Lalu bagaimana jika menulis tentang peristiwa korupsi atau kejahatan lainnya yang dilakukan oleh seseorang? Jawabannya, apakah hal itu perlu diberitakan? Kalau iya, maka carilah sudut pandang yang mencerahkan publik.
Jika beberapa poin diatas dapat dilakukan, sekurang-kurangnya kita telah menjaga keselamatan diri dengan baik dalam melakukan pekerjaan jurnalistik. “musuh jangan dicari, ketemu musuh ajak berdamai”, mungkin prinsip itulah barangkali cocok untuk menjadi pegangan.
Selebihnya marilah kita berupaya agar profesi jurnalis menjadi profesi yang mulia, memberikan kontribusi terhadap kemajuan peradaban ilmu pengetahuan, dan membawa kedamaian ditengah-tengah masyarakat.
Penulis adalah warga biasa yang tertarik dengan dunia kepenulisan berdomisili di pinggiran Kota Banda Aceh






























































































