Dalam kehidupan beragama, dua pondasi utama yang harus kita pahami dan amalkan adalah inti ilmu dan hakikat ikhlas. Memahami keduanya akan membawa kita pada kualitas ibadah yang benar dan diterima di sisi Allah SWT.
Inti dari ilmu bukanlah sekadar menghafal teori, melainkan memahami hakikat ketaatan dan ibadah. Ketaatan yang sejati adalah mengikuti setiap perintah dan larangan Allah, Sang Pembuat Syariat. Ini mencakup segala yang kita ucapkan dan lakukan, bahkan saat kita memilih untuk tidak melakukan sesuatu.
Sebagai contoh, jika kita berpuasa pada Hari Raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari Tasyrik, itu termasuk perbuatan maksiat karena Allah melarangnya. Begitu pula saat kita salat dengan pakaian hasil ghasab (merampas), kita tetap berdosa meski secara lahiriah itu adalah ibadah. Mengapa? Karena ibadah kita tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan-Nya.
Ini menunjukkan bahwa ketaatan bukan hanya soal melaksanakan perintah, tapi juga melakukannya sesuai aturan main yang ada. Ibadah yang tidak sesuai syariat tidak akan membawa pahala, bahkan bisa mendatangkan dosa.
Setelah memahami inti ilmu, kita harus mengamalkannya dengan penuh keikhlasan. Ikhlas adalah ketika seluruh amalan kita tulus hanya untuk Allah semata. Hati kita tidak terpengaruh oleh pujian atau celaan manusia. Pujian tidak membuat kita bangga, dan celaan tidak membuat kita bersedih.
Mengapa ikhlas begitu penting? Karena riya’ (pamer)—yang merupakan kebalikan dari ikhlas—muncul karena kita mengagungkan manusia. Kita melakukan sesuatu agar dilihat, dipuji, atau diakui oleh orang lain.
Cara untuk mengobati riya’ adalah dengan menyadari bahwa manusia hanyalah makhluk ciptaan Allah yang tidak memiliki kekuatan apa pun. Anggaplah mereka seperti benda mati yang tidak mampu mendatangkan manfaat atau mudarat. Selama kita masih menganggap manusia memiliki kekuasaan dan kehendak untuk menilai kita, riya’ akan terus membayangi hati kita.
Dengan menyadari bahwa hanya Allah yang pantas kita takuti dan harapkan ridho-Nya, kita akan terbebas dari jerat riya’ dan dapat beribadah dengan hati yang murni.
Memahami inti ilmu dan hakikat ikhlas adalah kunci menuju ibadah yang berkualitas. Ilmu membimbing kita pada tata cara yang benar, dan ikhlas menyempurnakan niat kita agar hanya tertuju pada Allah. Keduanya adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk mencapai ketaatan yang sempurna.
































































































