UPDATE

LS
LIFESTYLE

Cacing Menginfeksi, Anak Butuh Proteksi

Oleh: Wulan Amalia Putri**

KASUS kematian anak karena Cacing, mungkin jarang terdengar. Namun, realita kehidupan menyajikan kisah berpulangnya anak balita bernama Raya karena tubuhnya menjadi sarang ribuan cacing.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Arifah Fauzi, menyampaikan keprihatinan yang mendalam atas meninggalnya anak Perempuan berusia 4 tahun di Sukabumi, Jawa Barat tersebut.

“Peristiwa ini sangat memilukan, penderitaan yang harus dialami anak itu bahkan sampai meninggal dunia. Nurani dan akal sehat kita diingatkan bahwa pemenuhan haka nak adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya orang tua anak,” kata Arifah melalui keterangan tertulis.

Pihak rumah sakit menjelaskan bahwa infeksi parasit ke tubuh Raya sudah menyerang organ vital seperti saluran pernapasan hingga otak. Ditambah lagi, Raya diduga mengalami komplikasi TBC Meningitis yang menambah buruk keadaan Raya.

Kepedulian Sosial Minim

Kehidupan Raya memang jauh dari kata layak. Tinggal di rumah hasil perbaikan warga ditambah kondisi mental salah satu orang tua yang terbatas, membuat pengasuhan Raya tidak maksimal.

Kolong rumah yang sekaligus berfungsi sebagai kandang ayam menjadi tempat bermain Raya. Dari sinilah, parasit masuk menginfeksi tubuh mungil itu. Pengobatan di Rumah Sakit sudah tak mampu menolongnya.

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ketiadaan BPJS dan identitas yang tidak jelas menambah rumit persoalan perawatan kesehatan. Dalam waktu beberapa hari, tagihan rumah sakit menyentuh angka puluhan juta. Nominal yang sulit dibayar oleh keluarga yang hidup dalam kemiskinan.

Kasus Raya menjadi potret kehidupan anak di negeri ini. Mungkin ada pula anak lain yang mengalami kasus serupa namun tidak diketahui karena tidak diberitakan. Karena, kemiskinan yang melanda negeri ini tentu dialami juga oleh anak-anak.

Menyoal hal ini, Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani, buka suara. Menurut Netty, kasus Raya menjadi tanda bahwa sistem perlindungan sosial belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat.

“Peristiwa ini harus menjadi alarm bagi kita semua, bahwa sistem perlindungan sosial dan kesehatan belum sepenuhnya menjangkau rakyat kecil. Kita tidak boleh menunggu tragedi serupa terulang untuk melakukan perbaikan,” ujar Netty dalam keterangannya. (nasional.kompas.com, 22/08/2025)

Regulasi perlindungan anak sudah jelas dan melibatkan berbagai pihak termasuk masyarakat. Namun, dengan kondisi anak yang sedemikian buruknya, keberadaan pemerintah setempat perlu dipertanyakan.

Berita Lainnya:
Heboh Dea Lipa MUA Berhijab di Lombok Tengah Ternyata Pria Bernama Deni

Demikian pula kesigapan para petugas sosial seperti fasilitator, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Dinas Sosial dan lembaga-lembaga terkait. Keberadaan mereka di lapangan, seharusnya menjadi pihak yang memfasilitasi kelengkapan dokumen kependudukan dan juga pengurusan BPJS.

Di tengah kondisi layanan yang serba digital dengan berbagai kemudahan, sangat miris bila ada warga yang tidak memiliki kartu Jaminan Kesehatan seperti BPJS KIS apalagi tidak punya kartu identitas.

Walaupun tak dapat dipungkiri,  faktanya bahwa hambatan administrasi bisa saja terjadi meskipun sudah memiliki BPJS. Prosedur yang rumit membuat layanan tidak bisa diakses oleh semua orang.

Akibatnya, masyarakat miskin hidup dalam kondisi sulit dan lingkungan yang tidak sehat, digerogoti penyakit namun tidak punya kemampuan untuk berobat.

Hal ini diperparah dengan sikap individualias akibat Kapitalisme. Kepedulian sosial semakin tergerus dengan kepentingan diri sendiri, tidak peduli pada keadaan orang lain. Yang peduli dianggap “kepo” dan gila urusan.

Akses kesehatan seolah menjadi pilihan sulit.  Bagi yang memiliki privilege berupa dana yang memadai misalnya, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang optimal. Sementara yang miskin, harus berjuang keras untuk berobat. Sampai-sampai muncullah meme di tengah masyarakat yang mengatakan “orang miskin dilarang sakit”.

Proteksi Tuntas

Pada hakikatnya, kepedulian sosial harus tumbuh merata di seluruh lapisan masyarakat. Kepedulian ini berubah menjadi tindakan manakala mindset individualisme kapitalisme terkikis dari kehidupan bermasyarakat.

Kok, kita tega membiarkan anak bermain dengan kotoran, tidak punya BPJS, tidak punya identitas, diinfeksi cacing lalu meninggal?  Wajar jika ada pertanyaan, dimana keluarga dan kerabat, dimana para tetangga, dimana Pemerintah setempat, dimana negara?

Proses anak terinfeksi cacing pasti bukan dalam waktu yang singkat, butuh proses. Dalam waktu itu, tidak adakah masyarakat dan pihak yang peduli? Sejumlah pertanyaan kritis dan sarkas berkumpul dalam kepala.

Masalah ini memang pelik, tapi bukan berarti tidak punya jalan keluar. Kesehatan adalan kebutuhan pokok masyarakat, karena itu harus disediakan oleh negara dengan cara termudah yang bisa diakses oleh semua elemen masyarakat.

Berita Lainnya:
Why Home Recovery Is the Future of Healthcare: The Role of Hospital Bed Rentals in Canada’s Aging Population

Islam memandang bahwa memberikan layanan kesehatan yang memadai adalah kewajiban pemerintah. Kesehatan yang dimaksud disini bukan hanya secara medis, namun juga kesehatan fisik, mental dan yang lainnya seperti sanitasi, lingkungan dan tempat tinggal.

Tanggung jawab untuk mewujudkan kesehatan yang menyeluruh ini bukan hanya sebagai tugas, namun dilaksanakan dengan pendekatan ibadah dan ketakwaan. Karena itu, pertanggungjawabannya bukan terbatas pada laporan di atas kertas, tapi menyangkut pahala dan dosa.

Upaya preventif, kuratif dan rehabilitatif dilakukan penuh dedikasi sebagai bukti bahwa ada mekanisme yang dilakukan untuk mewujudkan kesejahteraan, Karena itu, edukasi, sosialisasi dan penerapan sanksi dalam penjagaan lingkungan yang bersih, gizi dan nutrisi terpenuhi maksimal, tanggung jawab pengasuhan, parenting dan hak anak harus berjalan paralel.

Kondisi sosial masyarakat juga dijaga dalam Islam. Kepedulian di antara masyarakat akan terbangun sehingga seorang muslim tidak akan membiarkan tetangga/ saudaranya berada dalam kesulitan, mereka akan bersegara menolong.

Lenih dari itu, negara juga menyediakan layanan kesehatan dengan fasilitas terbaik, murah bahkan gratis, serta prosedur yang mudah. Hal ini agar layanan kesehatan tersebut dapat diakses oleh semua kalangan, sebagaimana yang terjadi pada masa Khulafaur Rasyidin.

Mengenai kepedulian sosial, Allah SWT berfirman dalam Surah Al Hujarat ayat 10, yang artinya :”Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara…..”. Implementasi dari ayat ini adalah kemampuan untuk berempati pada keadaan orang lain.

Adapaun pada mereka yang diberi amanah dengan kekuasaan untuk me-ri’ayah (mengurusi) rakyat diwujudkan dengan pelaksanaan tanggung jawab pemerintahan yang tak kenal waktu dan tempat. Melakukan pelayanan kepada masyarakat dengan maksimal semata-mata karena Allah.

Rasulullah saw. bersabda, “Kullukum ra’in wa kullukum mas’ulun an ra’iyyatihi.” Artinya, “Setiap orang adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” Imam Suyuti mengatakan, lafaz raa‘in (pemimpin) adalah setiap orang yang mengurusi kepemimpinannya. Lebih lanjut ia mengatakan, “Setiap kamu adalah pemimpin.” Artinya, penjaga yang tepercaya dengan kebaikan tugas dan apa saja yang di bawah pengawasannya. Wallahu A’lam Bishawwab.

**). Penulis Pekerja Sosial Dinas Sosial Kab. Kolaka

 

Reaksi

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.