BANDA ACEH – Beberapa pengguna 1xBet mungkin sulit percaya, tetapi pernah ada masa ketika tembakan tiga angka dalam basket dianggap sebagai hal yang eksotis dan baru. Di NBA, liga basket terkemuka dunia, tembakan ini baru muncul pada musim 1979/80. Pada masa itu, upaya semacam itu hanya dilakukan dalam situasi putus asa, tepat sebelum bunyi bel atau ketika tidak ada pilihan lain. Di bawah ring, pemain tengah mendominasi, dan para penggemar terpesona oleh dunk-dunk mereka yang menggelegar.
Bahkan Larry Bird, yang memenangkan tiga kontes tembakan tiga angka pertama di NBA All-Star Weekend, lebih mengandalkan tembakan dua angka sepanjang kariernya. Pada 1990-an dan 2000-an, spesialis tembakan jarak jauh seperti Reggie Miller atau Ray Allen adalah permata langka. Namun, zaman telah berubah, dan hari ini senjata paling mematikan dalam permainan adalah tembakan tiga angka. Tiga memang lebih besar dari dua, dan tembakan jarak jauh yang terasah memberikan tim keunggulan kompetitif yang mendalam.
Bagaimana Warriors mengubah Permainan
Titik balik yang sesungguhnya terjadi pada pertengahan 2010-an. Pada 2014, Steve Kerr menjadi pelatih kepala Golden State Warriors dan membangun sistem yang berfokus pada kecepatan, pergerakan bola yang lancar, dan penekanan yang tak kenal lelah pada tembakan dari luar busur. Point guard Stephen Curry, yang pernah dianggap terlalu rapuh untuk liga, menjadi simbol era baru. Bersama shooting guard Klay Thompson, duet yang dijuluki Splash Brothers ini mengantarkan Warriors meraih empat gelar juara antara tahun 2015 dan 2022.
Analisis versus Intuisi
Pada saat yang sama, analisis basket mencapai level baru. Komputer dan ahli statistik menghitung bahwa jika seorang pemain berhasil mencetak setidaknya 35% tembakan tiga angka, hal itu menjadi lebih efisien daripada tembakan jarak menengah dengan akurasi 50%. Matematika mengalahkan intuisi. Tembakan jarak menengah, yang pernah menjadi simbol keahlian dan keanggunan murni, yang dipopulerkan oleh Michael Jordan, Tracy McGrady, dan Kobe Bryant, perlahan-lahan menghilang ke latar belakang.
Liga berubah di luar pengenalan. Menurut data ulasan 1xBet, tim rata-rata mencetak 13,7 tembakan tiga angka per pertandingan pada musim 2000/01, dibandingkan dengan 37,2 pada 2024/25! Pada musim 2024/25, setiap dari 30 tim di liga mencetak lebih banyak tembakan jarak jauh daripada Warriors pada musim 2015/16, awal revolusi tembakan jarak jauh. Pada musim tersebut, tim Steve Kerr memenangkan 73 pertandingan musim reguler, memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh Chicago Bulls Michael Jordan.
Pahlawan baru dan Risiko baru
Sekarang, bahkan pemain tengah tidak lagi hanya beroperasi di bawah ring. Lihatlah Brook Lopez atau Karl-Anthony Towns — pemain bertubuh jangkung yang keluar ke pertahanan luar dan dengan tenang melepaskan tembakan dari jarak tujuh meter. Mencegah serangan semacam itu sangatlah sulit. Setiap pemain di lapangan menjadi ancaman tembakan; setiap detik bisa menjadi momen mencetak poin. Lapangan telah melebar, dan permainan menjadi lebih cepat. Bola basket telah berubah menjadi badai umpan dan keputusan dalam sekejap.
Namun, setiap revolusi memiliki harganya. Misalnya, Houston Rockets pernah gagal mencetak 27 tembakan tiga angka berturut-turut dalam pertandingan playoff krusial melawan Warriors pada 2018! Tim tersebut menaruh kepercayaan mutlak pada kesuksesan tembakan jarak jauh dan terjebak oleh filosofi mereka sendiri.
Tidak ada jalan Kembali
Meskipun demikian, para pelatih tetap percaya pada strategi tiga poin, dan pengguna 1xBet Indonesia melakukan taruhan yang sesuai pada performa individu pemain. Pendekatan ini memicu comeback: defisit 10 poin, yang dulu dianggap hampir tak teratasi, kini bisa hilang dalam tiga atau empat serangan.
Tak heran jika saat ini, anak-anak di Asia, Eropa, dan seluruh dunia bermimpi menjadi seperti Stephen Curry daripada Shaquille O’Neal. Ada pepatah NBA: “Kamu tidak bisa mengajarkan tinggi badan,” tetapi siapa pun bisa belajar menembak dari jarak jauh. Tembakan tiga poin telah membuat permainan ini lebih mudah diakses, dan jika seseorang ingin merevolusi basket lagi, mereka harus menciptakan sesuatu yang luar biasa.
Karena tiga, pada akhirnya, lebih besar dari dua.































































































