Kamis, 25/04/2024 - 13:03 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EKONOMIFINANSIAL

BI Tekankan Pelemahan Mata Uang Terjadi Secara Global

ADVERTISEMENTS

Dolar AS hampir menguat terhadap seluruh mata uang baik mata uang negara utama.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

 JAKARTA — Bank Indonesia (BI) menyebut pelemahan rupiah karena sentimen penguatan dolar AS. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Edi Susianto mengatakan dolar AS hampir menguat terhadap seluruh mata uang baik mata uang negara utama maupun negara berkembang.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Jadi, pelemahan rupiah sebetulnya merupakan dampak dari sentimen penguatan dolar AS, padahal ekonomi Indonesia secara umum masih dinilai positif oleh pelaku pasar,” katanya pada Jumat (30/9/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Sektor Migas Moncer, Rukun Raharja Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 41 Persen


Tentu dalam kondisi seperti ini BI mengawal dengan triple intervention. Strategi triple intervention dilakukan melalui intervensi jual di pasar spot, pasar Domestik Non-Deliverable Forward (DNDF) atau pasar berjangka valas serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.

ADVERTISEMENTS


Strategi triple intervention dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan sekaligus menjaga kecukupan likuiditas Rupiah. Edi mengatakan BI memastikan mekanisme pasar tetap berjalan dan juga untuk menghindari pelemahan yg berlebihan.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Viral Redenominasi Rupiah, Ada Uang Kertas Pecahan 1.0, Apa Kata Bank Indonesia?


“Dengan triple intervention yang BI lakukan, kami melihat pelemahan rupiah relatif lebih terbatas dibandingkan negara peers dalam periode satu bulan terakhir,” katanya.


Nilai tukar pada 21 September 2022 terdepresiasi 1,03 persen (ptp) dibandingkan dengan akhir Agustus 2022 atau 4,97 persen (ytd) dibandingkan dengan level akhir 2021. Ini dinilai relatif lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti India 7,05 persen, Malaysia 8,51 persen, dan Thailand 10,07 persen.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi