BANDA ACEH – Harga beras di pasaran masih tinggi meski stok di gudang Perum Bulog tercatat melimpah. Hingga 24 Agustus 2025, cadangan beras pemerintah (CBP) mencapai 3,91 juta ton, ditambah stok komersial 8.950 ton, sehingga total persediaan menembus 3,92 juta ton.
Menurut Kadiv Operasional dan Pelayanan Publik Bulog, Rini Andrida, stok ini sudah tersebar di berbagai wilayah Indonesia dan siap digelontorkan melalui program bantuan pangan maupun stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP).
Meski demikian, harga beras tetap jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Rata-rata nasional menunjukkan harga beras premium Rp16.200 per kilogram, sedangkan medium mencapai Rp14.400 per kilogram. Di wilayah timur seperti Maluku dan Papua, harga beras premium menembus Rp19.400 per kilogram dan medium Rp17.700 per kilogram, bahkan di Intan Jaya, Papua, sempat menyentuh Rp54.700 per kilogram.
Di Aceh, harga beras juga tercatat di atas HET, meskipun sedikit lebih rendah dibanding Papua, dengan premium Rp15.500 per kilogram dan medium Rp13.800 per kilogram, yang tetap membebani daya beli masyarakat, terutama kelompok berpendapatan rendah.
Paradoks ini makin terasa karena produksi beras nasional meningkat. BPS memperkirakan produksi Januari–Agustus 2025 mencapai 24,97 juta ton, naik 14 persen dibanding tahun sebelumnya. Dengan proyeksi konsumsi 30,97 juta ton dan produksi akhir tahun 31,37 juta ton, Indonesia bahkan diperkirakan surplus 9,33 juta ton. Stok Bulog per 20 Agustus mencapai 3,93 juta ton, sebagian besar berusia lebih dari empat bulan.
Namun, distribusi beras murah melalui SPHP masih berjalan lambat. Hingga kini, penyaluran baru terealisasi 70 ribu ton atau 5 persen dari target 1,31 juta ton.
Di Aceh, realisasi SPHP juga belum merata, sehingga harga di pasar lokal tetap tinggi dan masyarakat sulit mendapatkan beras dengan harga terjangkau. Program bantuan pangan beras yang hampir rampung dengan realisasi 96 persen memang membantu kelompok miskin, tetapi tidak cukup untuk menekan harga di pasar bebas.
Ketimpangan ini menunjukkan masalah serius dalam penyaluran beras. Stok melimpah di gudang Bulog, produksi meningkat, namun masyarakat tetap menanggung harga tinggi. Pemerintah harus mempercepat distribusi beras ke seluruh wilayah, termasuk Aceh, agar stok yang ada benar-benar dirasakan manfaatnya dan tidak hanya menjadi angka statistik di laporan resmi.






























































































