INSTAGRAM telah menghapus akun terverifikasi jurnalis Gaza yang dibunuh, Saleh Al-Jafrawi. Ia memiliki 4,5 juta pengikut. Ia adalah sosok yang memiliki arsip internet publik terbesar, dikenal karena laporan garis depannya tentang pembantaian di Gaza.
Saleh telah syahid saat meliput konflik di lingkungan al-Sabra, Gaza Selatan. Ia telah ditembak dengan tujuh peluru pada Minggu (12/10/2025) oleh milisi Gaza yang dipersenjatai oleh Israel.
Saleh Al-Jafrawi adalah jurnalis muda Palestina kelahiran Gaza pada 1997 silam. Ia dikenal karena keberaniannya meliput zona pembantaian selama eskalasi berkepanjangan di Jalur Gaza.
Foto dan rekaman video jasad Saleh yang mengenakan jaket anti peluru dengan tulisan “press” tersebar di media sosial, memicu duka mendalam di kalangan warga Gaza dan komunitas internasional.
Pemerintah Gaza mengecam pembunuhan ini sebagai bagian dari kebijakan Israel yang menargetkan jurnalis Palestina, baik melalui serangan udara maupun kelompok-kolompok proxy yang dipersenjatai Israel di lapangan.
Saleh telah membulatkan tekadnya sejak awal untuk menjalankan tugas jurnalistiknya, Ia menolak meninggalkan tanah kelahirannya meski mendapat ancaman pembunuhan.
Setiap ancaman justru menguatkan komitmennya. Saleh tak hanya merekam peristiwa namun memegang amanah kemanusiaan, mendobrak pembungkaman dan menyajikan kebenaran.
Saleh telah berhasil mendokumentasikan rasa sakit di matanya menjadi rasa sakit yang dirasakan secara global.
Diantara kata-kata terakhirnya membawa harapan dan peringatan:
“Perang militer telah berakhir, tetapi banyak tragedi akan muncul dalam beberapa hari mendatang.”
Beberapa jam kemudian, Saleh diculik, dipukuli secara brutal, dan diekseskusi oleh pengkhianat. Persis seperti yang pernah disampaikannya:
“Kalau saya tidak mati karena pendudukan, saya akan mati di tangan kolaborator.”
Saleh Al Jafrawi beberapa saat sebelum syahidnya, berkeliling Gaza untuk menyampaikan berita kemenangan dan gencatan senjata.
Dalam sebuah video yang diunggahnya berisi ucapan terima kasih kepada berbagai pihak karena telah mendukung perjuangan Gaza dan Palestina, seakan-akan video ini menyiratkan pesan kebahagiaan kemenangan sekaligus perpisahan.
Saleh meninggalkan Gaza setelah gencatan senjata yang ditunggu-tunggunya tercapai.
Dan Allah SWT melengkapi kebahagiaannya dengan menganugerahkan tercapainya cita-cita Saleh yang lain yaitu menjadi syahid.
Demikian agung dan mulianya status sebagai syahid sehingga tidak semua orang dapat mencapainya.
Inilah yang kita saksikan pada diri Saleh Al Jafrawi, Allah telah memilihnya dan memuliakannya dengan kesyahidan. Kehormatan apa lagi yang lebih besar dari semua itu?
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,” (TQS. Ali `Imran : 140).
Saat ini kita berdiri sebagai bagian dari umat Muslim dunia, yang menjadi objek dari wasiat-wasiat yang disampaikan oleh Saleh.
“Aku berwasiat kepada kalian tentang perlawanan. Tentang jalan yang telah kami tapaki, dan prinsip yang kami yakini. Kami tidak mengenal jalan lain, dan tak menemukan makna hidup selain dalam keteguhan di atasnya.”
Wartawan Gaza, Dr Ali Abo Rezeg menyampaikan bahwa pembunuhan terhadap Saleh Al-Jafrawi dengan menggunakan proxy geng bersenjata di Gaza menandakan adanya rancangan Zionis yang berbahaya untuk hari-hari selanjutnya pasca gencatan senjata.
Pertama, tujuan utama rancangan ini adalah meneruskan metode pembunuhan, siapa saja yang tidak mampu diserang oleh Zionis melalui udara maka akan ditarget melalui agen-agen dan pengkhianat yang bekerja untuk Israel dari masyarakat Gaza sendiri.
Kedua, kondisi ini menggambarkan konflik di dalam Gaza sebagai pertarungan pengaruh antar faksi-faksi dan gerakan perlawanan supaya rakyat Palestina tersibukkan dengan isu ini dibandingkan tujuan perjuangan dan perlawanan sejak awal yang terkait dengan politik dan pemerintahan.
Ketiga, menyerang narasi moral mengenai isu Palestina secara umum dan perjuangan rakyat Gaza khususnya, sehingga setelah begitu banyak pengorbanan dan penderitaan, konflik ini digiring kearah perang saudara, tidak lagi sebagai gerakan perlawanan.
Keempat, mendorong kelemahan pergerakan perlawanan Palestina kemudian menjadikan kelemahan itu sebagai celah untuk mendiskreditkan perjuangan mereka, bahwa Hamas hanyalah gerakan militan bukan gerakan pembebasan nasional.
Narasi ini telah mendapat sokongan yang kuat dari negara-negara Arab yang terlibat dalam perjanjian damai Trump.
Kelima, penggunaan proxy melalui geng-geng yang dipersenjatai Israel akan menimbulkan masalah keamanan, sehingga menimbulkan keragu-raguan bagi rakyat Gaza untuk pulang dan menetap di Gaza.
Keenam, Zionis masih melakukan pengawasan terhadap agen-agennya di Gaza dan mengarahkan mereka.
Hari ini kita berkabung untuk Saleh bukan hanya sebagai jurnalis tetapi sebagai simbol keberanian, seseorang yang tersenyum melalui rasa sakit dan berdiri teguh melawan penindasan. Jangan lupakan pesan terakhirnya,
“Tetaplah bersama Gaza.”






























































































