BANDA ACEH – Wacana mengenai pengusulan dua tokoh besar dalam garis keluarga Presiden Prabowo Subianto mendadak meledak dan menjadi perbincangan nasional.
Publik dibuat terkejut karena nama yang muncul bukan tokoh sembarangan Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo serta Prof. Sumitro Djojohadikusumo.
Keduanya disebut-sebut tengah dipertimbangkan untuk diajukan sebagai Pahlawan Nasional, memicu diskusi hangat di dunia akademik maupun di ranah publik.
Isu ini pertama kali mencuat setelah sebuah forum ilmiah yang diselenggarakan Sygma Research and Consulting merilis paparan terkait kontribusi historis keluarga Prabowo.
Sejarawan dan ekonom yang hadir dalam forum tersebut menilai bahwa kiprah Margono dan Sumitro selama masa awal republik terlalu besar untuk diabaikan.
Tak butuh waktu lama, informasi ini menyebar ke media sosial, membuat warganet ramai memberi tanggapan, mulai dari dukungan penuh hingga analisis kritis.
Dalam pemaparan para ahli, Margono Djojohadikoesoemo digambarkan sebagai figur kunci pada masa fondasi negara.
Ia bukan hanya terlibat dalam urusan ketatanegaraan, tetapi ikut merumuskan arah pembangunan ekonomi di masa Republik baru berdiri.
Margono pernah memegang jabatan penting sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara.
Lembaga strategis yang berperan memberikan nasihat kebijakan kepada pemerintah muda saat itu.
Tak hanya itu, Margono juga dikenal sebagai pendiri dan Direktur Utama pertama Bank Negara Indonesia (BNI).
Institusi yang pada masa-masa genting pascakemerdekaan memiliki tugas berat menstabilkan sistem keuangan negara.
Banyak akademisi menilai langkah-langkah awal Margono di dunia perbankan telah menjadi pondasi kokoh bagi ekonomi Indonesia yang terus berkembang hingga sekarang.
Sementara itu, Prof. Sumitro Djojohadikusumo juga menempati posisi yang tak kalah menonjol.
Ia bukan hanya salah satu ekonom paling cemerlang pada zamannya, tetapi juga doktor ekonomi pertama yang dimiliki Indonesia dengan pendidikan luar negeri.
Julukan “Begawan Ekonomi Indonesia” yang melekat padanya bukan sekadar penghormatan.
Tetapi representasi nyata dari pengaruh besar yang ia berikan melalui pemikiran ekonominya.
Sumitro tercatat pernah duduk di berbagai kementerian penting mulai dari perdagangan hingga keuangan.
Kebijakan-kebijakan yang ia rancang untuk memodernisasi ekonomi nasional dianggap menjadi tonggak penting yang membuat Indonesia lebih kompetitif di kancah global.
Karena alasan itulah, kelompok akademisi serta budayawan dari Kebumen secara resmi mengusulkan namanya masuk dalam daftar kandidat Pahlawan Nasional.
Respons dari daerah ternyata sangat positif.
Pemerintah daerah menyatakan siap mengajukan berkas resmi ke Kementerian Sosial RI setelah kajian dan dokumen pendukung selesai dilengkapi.
Dukungan dari berbagai pihak membuat publik semakin menaruh perhatian pada perkembangan isu ini.
Yang menarik, wacana pengusulan dua tokoh ini tidak hanya memantik diskusi historis.
Tetapi juga membuka ruang percakapan mengenai bagaimana bangsa menilai kontribusi pemikir, perintis, dan teknokrat pada masa lalu.
Banyak pengamat menilai bahwa penetapan Margono dan Sumitro sebagai Pahlawan Nasional.
Dapat memperluas pemahaman generasi muda mengenai tokoh yang membangun pondasi ekonomi dan ketatanegaraan Indonesia.
Kini, masyarakat menunggu langkah resmi pemerintah.
Proses penetapan gelar Pahlawan Nasional memang panjang dan melibatkan banyak tahapan.
Namun derasnya dukungan publik memperlihatkan bahwa wacana ini telah menyentuh banyak pihak.
Apakah Margono dan Sumitro akhirnya akan memperoleh gelar kehormatan tersebut? Publik menanti dengan penuh penasaran.***































































































