[bs-quote quote="Kasus tragis meninggalnya Raya, balita 4 tahun asal Sukabumi, menunjukkan lemahnya perlindungan negara terhadap anak. Sistem kapitalisme gagal menjamin kesehatan rakyat miskin, sementara Islam menawarkan solusi adil dengan jaminan layanan kesehatan gratis dan berkualitas." style="default" align="center" color="#1e73be" author_name="Hanny N." author_job="Penulis di HARIANACEH.co.id" author_avatar="https://www.harianaceh.co.id/media/2025/08/avatar.jpg" author_link="https://www.harianaceh.co.id/profile/darin-abu-hanifah/"][/bs-quote]
Oleh: Hanny N
KISAH tragis meninggalnya Raya, balita berusia 4 tahun asal Sukabumi, Jawa Barat, menyayat hati publik. Ia harus meregang nyawa setelah tubuhnya dipenuhi ribuan cacing akibat infeksi parah.
Ironisnya, kasus ini baru mendapatkan perhatian luas setelah ramai diberitakan media. Di balik kisah pilu ini, tersimpan potret buram lemahnya perlindungan negara terhadap anak-anak, terutama mereka yang lahir dari keluarga miskin.
Raya tinggal dalam kondisi yang jauh dari kata layak. Ayahnya sakit-sakitan, sementara sang ibu didiagnosis mengalami gangguan kejiwaan. Support system keluarga yang rapuh membuat kondisi kesehatan Raya terabaikan. Tanpa lingkungan yang sehat dan tanpa akses memadai ke layanan kesehatan, tubuh mungilnya harus menanggung derita berat hingga berakhir dengan kematian.
Lebih menyedihkan lagi, respons pejabat dan pihak terkait justru muncul setelah kasus ini viral di publik. Padahal, jika sejak awal negara hadir dengan sistem perlindungan yang kuat, kematian tragis ini mungkin bisa dicegah.
Kasus Raya bukan peristiwa tunggal. Banyak rakyat kecil mengalami kesulitan serupa: akses kesehatan yang terbatas, layanan yang rumit, dan biaya yang melangit. Pelayanan kesehatan di negeri ini lebih sering sebatas formalitas. Mekanisme birokrasi yang berbelit membuat rakyat miskin tak mampu mengakses hak mereka.
Janji jaminan kesehatan dari negara seringkali berakhir hanya di atas kertas. Ketika rakyat membutuhkan layanan mendesak, mereka dihadapkan pada prosedur administrasi yang panjang. Sementara itu, mereka yang memiliki privilege dan harta melimpah bisa mendapatkan pelayanan terbaik dengan cepat.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana negara abai terhadap perlindungan bagi rakyat miskin dan lemah. Anak-anak seperti Raya, yang seharusnya dilindungi dengan penuh kasih, justru dibiarkan hidup dalam kondisi sulit dan lingkungan yang tidak sehat.
Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari sistem kapitalisme yang diterapkan. Dalam sistem ini, layanan publik seperti kesehatan dipandang sebagai komoditas, bukan kebutuhan yang wajib dijamin negara. Akibatnya, rakyat miskin harus berjuang sendiri, sementara negara justru sibuk mengatur sektor ekonomi untuk kepentingan pemilik modal.
Dalam kapitalisme, yang berhak mendapatkan pelayanan terbaik hanyalah mereka yang mampu membayar. Tidak heran jika kesenjangan akses kesehatan semakin melebar. Bagi rakyat kecil, hak untuk sehat seringkali hanya sebatas mimpi.
Allah SWT sudah mengingatkan dalam firman-Nya, "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan janganlah kamu membawa urusan harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 188)
Ayat ini menegaskan larangan sistem yang hanya menguntungkan segelintir orang dengan mengorbankan hak rakyat banyak. Sistem kapitalisme justru melanggengkan praktik ketidakadilan ini.
Berbeda dengan kapitalisme, Islam memandang kesehatan sebagai hak dasar rakyat yang wajib dijamin oleh negara. Rasulullah ﷺ bersabda, "Imam (pemimpin) adalah pengurus rakyat, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjelaskan tanggung jawab besar negara dalam memenuhi kebutuhan rakyat, termasuk dalam bidang kesehatan. Dalam sistem Islam, negara wajib menyediakan layanan kesehatan gratis, berkualitas, dan mudah diakses oleh semua kalangan, tanpa diskriminasi.
Sejarah mencatat bagaimana Daulah Islamiyah pada masa lalu menghadirkan layanan kesehatan terbaik di masanya. Rumah sakit (Bimaristan) yang dibangun di Baghdad, Kairo, hingga Andalusia tidak hanya memberikan perawatan gratis, tetapi juga menjadi pusat riset kedokteran. Semua rakyat, baik kaya maupun miskin, Muslim maupun non-Muslim, mendapatkan layanan kesehatan dengan kualitas sama.
Selain itu, dalam masyarakat Islam, kepedulian sosial tumbuh dengan subur. Seorang Muslim tidak akan membiarkan tetangganya kelaparan atau sakit tanpa pertolongan. Rasulullah ﷺ bersabda, "Tidaklah beriman seseorang di antara kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menjadi landasan moral bagi masyarakat untuk saling menolong dan menjaga sesama. Sehingga kasus tragis seperti yang menimpa Raya sulit terjadi dalam masyarakat yang diatur oleh sistem Islam.
Selain faktor lemahnya akses kesehatan, kasus Raya juga memperlihatkan betapa rapuhnya jaminan sosial di negeri ini. Dalam situasi keluarga miskin, di mana ayah tidak mampu bekerja karena sakit dan ibu mengalami gangguan jiwa, seharusnya negara segera turun tangan. Anak-anak dari keluarga seperti ini jelas membutuhkan perhatian khusus. Namun kenyataannya, mekanisme bantuan sosial seringkali lambat, penuh syarat, bahkan tidak tepat sasaran. Akhirnya, mereka yang paling rentan justru tidak tersentuh bantuan.
Tragedi ini juga memperlihatkan hilangnya rasa kepedulian kolektif di masyarakat. Budaya individualisme yang lahir dari sistem kapitalisme membuat orang cenderung cuek terhadap penderitaan tetangga. Padahal, dalam Islam, masyarakat dipupuk agar peduli dan segera membantu saudaranya. Jika masyarakat Islam benar-benar hidup dengan nilai syariat, mustahil seorang balita dibiarkan sakit parah tanpa ada yang menolong.
Inilah yang membedakan Islam dari sistem sekarang. Negara Islam bukan hanya memberikan layanan kesehatan gratis dan mudah diakses, tetapi juga membangun masyarakat yang saling peduli. Dengan begitu, perlindungan anak akan nyata hadir, bukan hanya sekadar jargon di atas kertas.
Kematian Raya adalah cermin buram lemahnya perlindungan negara terhadap anak-anak miskin. Sistem kesehatan yang ada gagal menjangkau mereka yang paling membutuhkan. Kapitalisme semakin memperparah kondisi ini dengan menjadikan kesehatan sebagai komoditas yang hanya bisa diakses oleh mereka yang berduit.
Islam menawarkan solusi yang adil dan menyeluruh. Negara dalam Islam wajib hadir sebagai pelindung, menjamin kesehatan rakyat tanpa syarat, serta menumbuhkan kepedulian sosial yang kuat di tengah masyarakat. Inilah sistem yang benar-benar menempatkan anak-anak sebagai generasi penerus yang berharga, bukan korban dari abainya negara.
Wallahu'alam bish shawab.
Please share by clicking this button!
Visit our site and see all other available articles!