Sabtu, 20/04/2024 - 18:28 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

LIFESTYLE

Penyakit Mentalnya tak Bakal Sembuh, Wanita Belanda Pilih Jalani Euthanasia

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Seorang perempuan berusia 28 tahun asal Belanda dijadwalkan untuk disuntik mati bulan depan karena perjuangannya melawan penyakit mental. Psikiater menyatakan kondisi pasiennya yang bernama Zoraya ter Beek itu tidak akan pernah membaik.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Beek tinggal di sebuah rumah bagus di kota kecil Belanda dekat perbatasan Jerman bersama kekasihnya dan dua kucing. Meski sehat secara fisik, ia berencana mengakhiri hidupnya karena depresi, autisme, dan gangguan kepribadian.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Beek pernah berambisi menjadi psikiater, namun dia tidak pernah bisa menyelesaikan sekolah atau memulai karier karena penyakit mentalnya sendiri. Kini, dia mengaku sudah lelah hidup dan ingin mengakhiri hidupnya.

ADVERTISEMENTS

Tato di lengan kiri atasnya menunjukkan pohon kehidupan yang digambar terbalik. “Jika pohon kehidupan melambangkan pertumbuhan dan permulaan baru, maka pohon saya justru sebaliknya,” kata Beek kepada The Free Press.

 

“Ia kehilangan daun-daunnya, ia sekarat. Dan begitu pohon itu mati, burung itu terbang keluar. Saya tidak melihatnya sebagai jiwa saya yang pergi, tetapi lebih sebagai diri saya sendiri yang terbebas dari kehidupan,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Diduga Lahir dengan Sindrom Proteus, Pria India Kini Miliki Satu Tangan Ukuran Besar

Dikutip dari Fox News, Senin (8/4/2024), keputusan Beek diambil setelah psikiaternya memberi tahu bahwa mereka telah mencoba segala hal untuk membantu kesehatan mentalnya. Namun, tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuknya.

“Keadaannya tidak akan pernah menjadi lebih baik,” ujar Beek menceritakan ucapan psikiaternya.

Setelah mengumumkan keputusannya, Beek mengatakan, jika keadaannya tidak juga membaik maka dia tidak dapat menjalani hidupnya lagi. Mengenai rencananya, Beek mengatakan, dia akan berbaring di sofa ruang tamu tanpa musik, didampingi sang kekasih.

“Dokter benar-benar membutuhkan waktu. Bukan seperti mereka masuk dengan mudah dan berkata ‘tolong berbaring’. Sering kali yang pertama dilakukan adalah meminum secangkir kopi untuk menenangkan saraf dan menciptakan suasana nyaman kemudian dokter akan bertanya apakah saya sudah siap,” ujar dia.

Berita Lainnya:
Dokter: Puasa tak Berarti Otomatis Menurunkan Gula Darah Dalam Tubuh

“Saya akan mengambil tempat di sofa. Dokter akan sekali lagi bertanya apakah saya yakin, dan dia akan memulai prosedurnya dan mendoakan perjalanan saya menyenangkan. Atau, dalam kasus saya, tidur siang yang nyenyak karena saya benci jika orang mengatakan ‘Perjalanan aman’. Aku bukannya mau pergi berjalan-jalan,” kata dia.

Selanjutnya, dokter akan memberikan obat penenang dan kemudian obat untuk menghentikan jantung Beek. Setelah kematiannya, komite peninjau euthanasia akan mengevaluasi kematian Beek untuk memastikan dokter mengikuti kriteria prosedur yang sesuai, dan pemerintah Belanda akan menyatakan bahwa hidupnya telah diakhiri secara sah.

Tidak ada pemakaman yang akan diadakan setelah kematian Beek. Dia akan dikremasi dan pacarnya akan menebarkan abunya di area hutan yang mereka pilih bersama.

“Saya tidak ingin membebani pasangan saya dengan harus menjaga makam tetap rapi. Kami belum memilih guci, tapi itu akan menjadi rumah baruku!” ujar Beek.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi