Jumat, 19/04/2024 - 21:58 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Puasa Sunnah Syawal 6 Hari, Apakah Harus Dilakukan Secara Berurutan atau Terpisah?

ADVERTISEMENTS

JAKARTA – Puasa enam hari Syawal merupakan salah satu sunnah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Praktik puasa ini memiliki keutamaan tersendiri, dan seringkali menimbulkan pertanyaan di kalangan umat Islam mengenai cara terbaik untuk menjalankannya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah puasa enam hari tersebut sebaiknya dilakukan secara berturut-turut atau dibagi dalam beberapa hari sepanjang bulan Syawal. 

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Komisi Fatwa Akademi Riset Islam Al Azhar di Kairo, Mesir, memberikan penjelasan atas pertanyaan tersebut, sebagaimana dilansir laman Masrawy.

ADVERTISEMENTS

Pahala puasa sunnah ini sama dengan pahala berpuasa satu tahun tanpa henti. Nabi Muhammad SAW bersabda: 

 

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعُهُ بِسِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa enam hari pada bulan Syawal, maka (pahalanya) seperti puasa satu tahun penuh. (HR Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah).

Berita Lainnya:
Dilakukan Usai Idul Fitri, Ini Jadwal, Keutamaan, dan Niat Puasa Syawal 2024

Sebagian ulama, termasuk Imam Syafi’i, berpendapat bahwa puasa Syawal disunnahkan untuk dilakukan tepat setelah hari raya Idul Fitri. Artinya, puasa Syawal itu langsung disambung sesudah hari raya Idul Fitri, yakni pada 2 Syawal.

Adapun soal apakah sebaiknya dilakukan secara berturut-turut atau memisahkan hari puasanya, Imam An Nawawi berpendapat bahwa disunnahkan melaksanakan puasa sebanyak 6 hari di bulan Syawal, dan melakukannya secara berturut-turut itu lebih baik. Hal ini tercantum dalam kitab Minhaj al Thalibin wa ‘Umdah al-Muftin.

Sementara itu, Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa puasa sebanyak 6 hari di bulan Syawal lebih baik dilaksanakan secara terpisah-pisah, karena khawatir masyarakat awam akan mengira itu adalah bagian dari puasa yang dipaksakan. Pendapat tersebut ada dalam kitab Maraqi Al Falah bi Imdaad Al Fatah: Syarah Nur Al idah Wa Najat Al Arwah.

Berita Lainnya:
Makna Idul Fitri dan Zakat Fitrah

Berdasarkan hal tersebut, seorang Muslim boleh melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal, baik dengan berturut-turut maupun terpisah. Komisi fatwa Al Azhar menekankan bahwa umat Islam dapat memilih antara menjalankan puasa enam hari secara berturut-turut setelah Idul Fitri atau membagi puasa tersebut selama bulan Syawal.

Kedua pilihan ini sama baiknya, dan umat Islam dapat memilih sesuai dengan kemampuan dan kenyamanan masing-masing. Yang terpenting adalah niat untuk menjalankan sunnah Nabi Muhammad SAW dan memperkuat ibadah di bulan Syawal.

Hikmah..

 

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi