Jumat, 19/04/2024 - 12:43 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ISLAM

Rumah Yatim Muhammadiyah di Masa Kolonial

ADVERTISEMENTS

Muhammadiyah memiliki kekuatan finansial dalam mengorganisir panti asuhannya.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

 Oleh: Muhammad Yuanda Zara, Staf Pengajar Ilmu Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah


Didirikan di Kampung Kauman, Yogyakarta, pada tahun 1912, Muhammadiyah lahir dan tumbuh di bawah kekuasaan kolonialisme Belanda. Di tahun-tahun formatifnya Muhammadiyah memusatkan perhatian pada usaha dakwah agama Islam, terutama guna memurnikan ajaran Islam dari sinkretisme, membangun sistem pendidikan Islam yang modern, dan menyesuaikan ajaran Islam dengan kebutuhan zaman, khususnya dalam memberikan pelayanan sosial secara teorganisir kepada kaum Muslim Hindia Belanda.

ADVERTISEMENTS


Sudah cukup banyak kajian sejarah yang menerangkan tentang langkah-langkah awal yang diambil para tokoh Muhammadiyah untuk mewujudkan cita-cita tersebut, di antaranya dengan mengoreksi arah kiblat di Masjid Gedhe Yogyakarta, mendirikan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta (1918) yang sebelumnya merupakan Sekolah Guru Muhammadiyah (Kweekschool Moehammadijah), dan membangun klinik PKO Muhammadiyah (1923), yang sekarang menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah.

Berita Lainnya:
Ulama Perempuan yang Disegani pada Masa Kejayaan Islam di Andalusia Spanyol


Membicarakan kiprah pelayanan sosial Muhammadiyah di era awal eksistensinya tidak lengkap tanpa menyebut nama satu institusi lain yang didirikan Muhammadiyah: Moehammadijah Weeshuis, atau yang dikenal juga di masa itu sebagai Roemah Jatim Moehammadijah. Tidak tersedia cukup sumber sejarah primer dari dokumentasi Muhammadiyah sendiri untuk dapat membangun sebuah rekonstruksi yang utuh tentang sejarah awal panti asuhan Muhammadiyah.


Namun, beberapa sumber primer eksternal (dari luar Muhammadiyah) yang tersebar yang berasal dari tahun 1920an dan 1930an bisa dijadikan fondasi dalam merekonstruksi masa lalu panti asuhan Muhammadiyah ini. Salah satu sumber primer paling awal yang menyebut tentang rumah yatim piatu Muhammadiyah adalah surat kabar berbahasa Belanda yang terbit di Hindia Belanda.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil


Ini bisa dilihat dari laporan koran Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indië, sebuah koran ekonomi berbahasa Belanda yang terbit di Semarang sejak tahun 1924. Walaupun fokus utama surat kabar ini adalah pada urusan perdagangan orang Belanda di Hindia Belanda, dalam berbagai kesempatan redaksinya juga memberi ruang yang cukup banyak tentang dinamika sosial di tengah masyarakat pribumi.

Berita Lainnya:
Imam Al Ghazali Ingatkan Agar Mata Dijaga dari Empat Perkara Ini


Salah satu gerakan sosial kaum pribumi yang menarik atensi redaksi koran ini adalah Persyarikatan Muhammadiyah, yang berperan di tengah publik tidak hanya dalam mendakwahkan ajaran agama Islam, tapi juga mempraktikkannya dalam berbagai usaha yang mendorong emansipasi sosial kalangan pribumi. Pada 29 Oktober 1928, koran Algemeen Handelsblad voor Nederlandsch-Indië menurunkan satu kolom khusus tentang Rumah Yatim Muhammadiyah.


Kolomnya memang singkat saja (hanya terdiri dari 9 baris termasuk judul), namun kalau diperhatikan lebih jauh, kolom ini mengirimkan pesan bahwa Rumah Yatim Muhammadiyah adalah suatu institusi baru pribumi yang patut diperhatikan masyarakat kolonial di Hindia Belanda, termasuk kalangan Eropa, yang menjadi pembaca utama koran ini.


 


sumber : Suara Muhammadiyah

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi