Selasa, 21/05/2024 - 13:35 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Klaim Utang Indonesia Produktif, ProDEM: Luhut Sedang Meracau!

BANDA ACEH -Klaim Luhut Binsar Pandjaitan bahwa besaran utang pemerintah Indonesia produktif dan masih bisa dikembalikan negara sulit diterima akal sehat.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

“Luhut ini meracau ya? Utang dan bunga utang sudah melampaui PDB dan penerimaan negara,” ujar Ketua Majelis Aktivis ProDEM, Iwan Sumule kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (16/7).

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Jika utang Indonesia benar-benar produktif sebagaimana klaim Luhut, maka tentunya akan memberi tambahan penerimaan negara. Negara, kata Iwan Sumule, juga tidak akan terjadi defisit.

Berita Lainnya:
Kampus IPB University di Dramaga akan Dikembangkan Hingga Jonggol

“Dan jika utang produktif, pendapatan rakyat akan bertambah, bukannya pengangguran yang bertambah,” kritiknya.

Adapun utang pemerintah per akhir Oktober 2021 sebesar Rp 6.687,28 triliun. Lanjut Iwan Sumule, rasio utang pemerintah terhadap PDB sebesar 39,69 persen. Angka itu di bawah outlook pemerintah di kisaran 41-43 persen pada akhir tahun ini.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh

“Belum lagi beberapa proyek infrastruktur mangkrak. Seperti proyek kereta cepat, karena China tak lagi mau menambah uang untuk membangun proyek kereta cepat tersebut,” sambung Iwan Sumule.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action
Berita Lainnya:
Jokowi Dinilai Khianati Cita-cita Reformasi

Selain itu, yang menjadi sorotan ProDEM juga soal pembangunan IKN Nusantara yang makin menambah beban keuangan negara. Hal ini akan semakin mempersulit untuk membayar utang dan bunga utang yang sangat besar dan mengkhawatirkan.

“Menurut BPK, utang melampaui PDB dan penerimaan negara. Selain utang, defisit dan Silpa yang melonjak dinilai berdampak pada peningkatan risiko pengelolaan fiskal,” tandasnya. 

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi