Singapura Jadi Tuan Rumah Kunjungan Studi Komunitas Muslim

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Studi akan berisi pertukaran gagasan dan praktik mengembangkan Muslim minoritas.

ADVERTISEMENTS

 SINGAPURA — Sebuah yayasan yang didirikan oleh komunitas Muslim Singapura akan menjadi tuan rumah kunjungan studi bagi individu dari negara di mana Muslim adalah minoritas. Mereka akan berbagi praktik terbaik dan bertukar pikiran.

ADVERTISEMENTS


Menteri Urusan Muslim Singapura Masagos Zulkifli mengatakan Yayasan Rahmatan Lil Alamin, yang didirikan pada 2009 akan mengatur kunjungan di bawah Program Kerja Sama Singapura. Program tersebut untuk membantu negara-negara lain mengembangkan sumber daya manusia.

ADVERTISEMENTS


Dia membuat pengumuman pada awal dua hari International Conference on Communities of Success  (ICCOS) yang diadakan di Raffles City Convention Centre. “Penting bagi komunitas Muslim minoritas seperti itu untuk dapat merujuk pada pedoman yang relevan tentang bagaimana menjalankan iman mereka dengan percaya diri,” kata Masagos, dilansir dari Straits Times pada Sabtu (10/9/2022).

ADVERTISEMENTS


Kunjungan studi akan mempromosikan pertukaran gagasan dan praktik bersama untuk mengembangkan komunitas Muslim minoritas serta meningkatkan kerja sama di bidang ini antar negara. Perincian lebih lanjut akan diumumkan akhir tahun ini.

ADVERTISEMENTS


Masagos mengatakan Muslim yang hidup sebagai minoritas di seluruh dunia, terutama di masyarakat terbuka, sekuler dan progresif di bawah aturan hukum, menghadapi pertimbangan dan tantangan yang berbeda dibandingkan dengan masyarakat di mana mereka adalah mayoritas. Untuk tujuan ini, Mufti Nazirudin Mohd Nasir dari Singapura mendesak para pemimpin dan cendekiawan Islam menerapkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang dapat membantu komunitas mereka membuat keputusan.

ADVERTISEMENTS


Dia juga berbicara tentang pengalaman Singapura selama pandemi Covid-19. Kemudian mencatat posisi keagamaan yang diambil saat itu belum pernah terjadi sebelumnya dan bahkan kontroversial pada awalnya, seperti menutup masjid.

ADVERTISEMENTS


“Kami bekerja sama dengan para ahli medis dan mendengarkan dengan seksama wawasan ilmiah sebelum mengeluarkan posisi, atau fatwa. Kita perlu menemukan cara untuk mendamaikan antara sains dan iman, keduanya saling melengkapi, bukan bertentangan satu sama lain,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS


 

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version