Adaro Energy Resmi Operasikan PLTU Batang

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Kehadiran PLTU Batang diharapkan tingkatkan pendapatan Adaro hingga 40 juta dolar AS

ADVETISEMENTS

 JAKARTA — PT Adaro Energy Indonesia Tbk resmi mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batang 2 x 1.000 MW. Perusahaan mulai mengopersikan PLTU ini per 31 Agustus kemarin.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Dengan beroperasinya PLTU Batang ini, harapannya mampu menambah pendapatan perusahaan di tahun ini dan tahun tahun mendatang. Chief Finanial Officer (CFO) Adaro Energy Indonesia, Lie Luckman menjelaskan dengan operasional PLTU Batang ini, maka mampu menyumbang pendapatan ke perusahaan sebesar 35-40 juta dolar AS per tahun.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


“Dengan mulai beroperasinya PLTU Batang ini, maka harapannya bisa menyumbang pendapatan sekitar 35-40 juta dolar AS per tahun,” ujar Lie dalam Public Expose, Senin (12/9).

ADVERTISEMENTS


Sekertaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Mahardika Putranto menjelaskan perusahaan telah menyelesaikan pembangunan PLTU Batang ini, dan resmi mengoperasikan per 31 Agustus 2022. PLTU dengan kapasitas 2 x 1.000 MW ini menelan investasi 4,2 Miliar dolar AS.

ADVERTISEMENTS


“COD ini menandakan secara kontraktual dan teknis PLTU PPI sudah selesai. Jadi, mengenai sambungan kabel, ini juga sudah diselesaikan dengan tahap COD ini,” ujar Mahardika dalam kesempatan yang sama.


Sementara itu, Adaro Energy juga mulai serius menggarap pangsa bisnis baru diluar batubara. Salah satu fokusnya saat ini adalah mengolah mineral hijau dalam mendukung rencana transisi energi pemerintah Indonesia.


Sekretaris Perusahaan Adaro Energy Indonesia Mahardika Putranto menjelaskan melihat perkembangan global saat ini yang ramai dalam energi bersih dilihat perusahaan sebagai peluang yang menarik. Hal ini juga sejalan dengan rencana transisi energi yang digawangi pemerintah Indonesia.


“Kami melihat peluang dalam transisi energi yang erat kaitannya dengan mineral hijau. Dalam pengembangan ekonomi hijau membutuhkan bahan baku logam dan mineral. Kami melalui anak usaha, Adaro Mineral akan fokus pada pengelolaan dan pengembangan aset mineral non batubara saat ini,” ujar Mahardika.


Mahardika menjelaskan saat ini melalui Adaro Mineral, Adaro ingin mengembangkan batu bara metalurgi sebagai bahan baku utama baja. Selain itu, melalui Adaro Mineral, Adaro akan mempunyai pabrik pemurnian Alumunium yang akan dikembangkan di Kalimantan Utara.


“Langkah ini menunjukan komitmen kami dalam Green Economy,” ujar Mahardika.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version