AS Minta China tak Dukung Rusia dalam Perang Lawan Ukraina

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

AS akan mengirimkan paket bantuan keamanan ke Ukraina.

ADVERTISEMENTS

WASHINGTON — Gedung Putih mendesak China untuk tidak mendukung Rusia dalam perangnya melawan Ukraina. Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengatakan pada Kamis (15/9), Beijing seharusnya tidak menempatkan posisi di tengah dalam masalah tersebut.

ADVERTISEMENTS

“Kami tidak berpikir siapa pun harus berada di sela-sela,” ujar Kirby mengatakan kepada //CNN// dalam sebuah wawancara ketika Presiden Cina Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada pertemuan puncak Shanghai Cooperation Organisation (SCO) di Uzbekistan.

Kirby menentang tindakan yang dilakukan Putin. “Ini bukan waktunya untuk melakukan urusan apa pun seperti biasa dengan Putin,” tambah Kirby.

Kirby menilai masih harus dilihat seberapa besar China akan mendukung perang Rusia. Selama ini, dia mencatat bahwa Beijing tidak bergerak untuk mendukung Putin secara material atau melanggar sanksi terhadap Moskow.

ADVERTISEMENTS

Secara terpisah, Kirby mengatakan kepada MSNBC, bahwa Amerika Serikat (AS) sedang bersiap untuk mengirim paket bantuan keamanan lain ke Ukraina. Hanya saja dia menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut, termasuk kapan tahap itu akan datang.

ADVERTISEMENTS

Berbicara pada pertemuan tatap muka pertama sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai, Putin memuji Xi atas posisinya dalam perang di Ukraina. Namun, dia menyatakan memahami Beijing memiliki pertanyaan dan kekhawatiran atas konflik tersebut.

“Kami sangat menghargai posisi seimbang dari teman-teman Cina dalam hal krisis Ukraina. Kami memahami pertanyaan dan kekhawatiran Anda tentang hal ini. Selama pertemuan hari ini, kami tentu saja akan menjelaskan posisi kami,” ujar Putin dalam pertemuan tersebut.

ADVERTISEMENTS

China telah menahan diri untuk tidak mengutuk operasi Rusia terhadap Ukraina atau menyebutnya sebagai invasi. Sikap ini sejalan dengan Istana Kremlin yang menyebut perang sebagai “operasi militer khusus”.

ADVERTISEMENTS

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version