Minggu, 19/05/2024 - 12:07 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

EROPAINTERNASIONAL

Rusia Minta PBB Desak Barat Cabut Sanksi Ekspor Pupuk

Rusia meminta PBB mendesak Barat mencabut sanksi yang berkaitan dengan ekspor pupuk

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

MOSKOW – Pemerintah Rusia meminta PBB mendesak Barat mencabut pembatasan dari operasi yang berkaitan dengan ekspor pupuk asal negara tersebut. Moskow pun menyerukan agar sanksi terhadap Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) yang menangani sebagian besar transaksi terkait sektor pertanian turut dicabut.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, posisi negara-negara Barat menarik dari sudut pandang praktis. Menurut dia, Barat hanya menerapkan bagian kesepakatan yang menjadi kewajibannya ketika ada tekanan substantif, termasuk lewat PBB. Barat enggan melakukannya secara normal.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS

“Kami berharap PBB melakukan upaya untuk membuat Eropa dan Amerika menghilangkan sejumlah hambatan yang tidak memungkinkan kami untuk sepenuhnya memasok pupuk dan biji-bijian Rusia ke pasar dunia,” kata Zakharova dalam konferensi pers, Kamis (29/9/2022), dikutip laman Anadolu Agency.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah

Dia pun meminta agar kapal-kapal Rusia diizinkan memasuki pelabuhan Eropa. Sebaliknya, Rusia pun bakal memberi akses kepada kapal-kapal asing memasuki pelabuhan negaranya. “Perlu untuk mencabut sanksi dari Rosselkhozbank, karena menangani bagian terbesar dari semua transaksi dengan pupuk dan makanan,” ucap Zakharova.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
85 Persen Sekolah di Gaza Rusak Sejak 7 Oktober

Awal bulan ini Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, Barat tidak memenuhi janjinya membantu negaranya melakukan ekspor makanan dan pupuk. Hal itu memicu keraguan pada Moskow untuk memenuhi komitmennya terkait perjanjian koridor pengiriman gandum yang sudah dicapai dengan Ukraina.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action

Lavrov mengungkapkan, Barat sama sekali tidak melonggarkan sanksi untuk memudahkan Rusia mengekspor produk pertaniannya ke luar negeri. “Rekan-rekan Barat kami tidak melakukan apa yang dijanjikan kepada kami oleh Sekretaris Jenderal PBB,” katanya dalam sebuah konferensi pers di Moskow, 6 September lalu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Menurut dia, hal itu pun berlaku pada komoditas pupuk Rusia. “Mereka (Barat) tidak mengambil keputusan untuk menghapus sanksi logistik yang mencegah akses bebas gandum dan pupuk Rusia ke pasar dunia,” ucapnya.

ADVERTISEMENTS

Lavrov mengungkapkan, dia terus melakukan kontak dengan PBB. Dia menekan PBB untuk memastikan negara-negara Barat menerapkan poin-poin kesepakatan dalam perjanjian koridor gandum. Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu diteken di bawah pengawasan PBB dan Turki.

ADVERTISEMENTS

Dengan perjanjian tersebut, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan di Laut Hitam yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.

Berita Lainnya:
PBB: Ekspor Senjata ke Israel Harus Dihentikan

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus. Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya direbut dan dikuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.


sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi