Usai Bela Puan Maharani, Hendri Satrio Di-bully

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Hendri Satrio menyebutnya risiko memberi pendidikan politik.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Usai memberikan pembelaan terhadap Ketua DPR Puan Maharani, yang videonya viral karena pasang muka cemberut saat membagikan kaus, pendiri lembaga survei KedaiKopi, Hendri Satrio di-bully.

ADVERTISEMENTS

Pengamat politik yang biasa disapa Hensat ini memberi pembelaan terhadap Puan di sejumlah pemberitaan massa maupun media sosialnya.  Hensat menyebut sebagai manusia biasa, Puan juga bisa lelah, kepanasan, kesal, dan sebagainya.

“Sisi aslinya Mbak Puan dipertontonkan wajar tanpa pencitraan. Sisi seperti ini, kesal, cemberut, juga dimiliki pemimpin lain. Namanya juga manusia. Anies Baswedan, Megawati, SBY, Jokowi, AHY, pasti punya sisi manusia itu. Jadi kita maklumi dan kita maafkan, jangan langsung dicemooh ini pemimpin gak benar. Mbak Puan itu setahu saya pemimpin yang humble (rendah hati) kok. Sama seperti pemimpin lain yang mau mendengarkan rakyat,” kata Hendri di akun TikTok-nya : @hendrisatrio23.

Pembelaan ini justru membuat netizen memberi komentar negatif terhadap Hendsat. Ia pun di-bully di media sosialnya. Berikut komentar-komentarnya:

ADVERTISEMENTS

@Andrew

ADVERTISEMENTS

Pengamat yg skrg jd timses…Alhamdulillah bang jd tahu karakter sebenarnya…bhw itu karakter aslinya…tks atas penjelasannya…

@jaka

ADVERTISEMENTS

bang amplop aman??

ADVERTISEMENTS

@ Bro panji nampan

mau jadi menteri apa om ?

@muhammad rizki6170

mau heran tapi puan

@ariffadilah972

insyalloh komisaris

Dikonfirmasi terkait dia banyak di-bully di media sosial, Hensat mengatakan itu bagian dari risiko yang harus dihadapi, ketika ingin memberikan pendidikan politik yang sehat terhadap publik. “Ya gak apa apa di-bully, kan ini pendidikan politik, untuk lebih objektif dalam memilih pemimpin yang berkualitas,” kata Hendsat.


Dijelaskannya, di masa kampanye banyak muncul ‘manusia kampanye’ yang berusaha menutupi sisi manusia. Seolah dirinya sempurna tanpa cela. “Justru kita, rakyat, harus hati-hati dengan pemimpin yang berkriteria ‘manusia kampanye’ terlalu sempurna. Terlalu dicitrakan sempurna, lengkap,” ungkap Hendsat.


Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version