Mahasiswi Muslim Masih Menghadapi Diskriminasi di Karnataka India

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Mahasiswi Muslim mengatakan menghadapi pelecehan dari administrasi perguruan tinggi.

ADVERTISEMENTS

 BENGALURU — Para gadis dan wanita Muslim terus menghadapi pelecehan bahkan setahun setelah kontroversi hijab. Hal ini diungkapkan sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Persatuan Rakyat untuk Kebebasan Sipil, Karnataka (PUCL-K).

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Tim PUCL-K mengunjungi lima distrik di negara bagian tersebut, di antaranya Raichur, Udupi, Hassan, Shivamogga, dan Dakshina Kannada. Kemudian mewawancarai mahasiswa, fakultas, dan otoritas distrik.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Laporan berjudul Menutup Gerbang Pendidikan: Pelanggaran Hak Mahasiswa Muslimah menyebutkan bahwa para mahasiswa menuduh mereka terus menghadapi pelecehan dari administrasi perguruan tinggi. Sehingga banyak yang terpaksa beralih dari perguruan tinggi pemerintah ke institusi minoritas.

ADVERTISEMENTS

“Siswa dari komunitas terpinggirkan, minoritas agama, dan adivasi (penduduk asli India yang telah terpinggirkan secara sosial dan ekonomi selama berabad-abad) telah berulang kali berbagi pengalaman mereka tentang diskriminasi di ruang kelas dan bagaimana hal itu berdampak buruk pada kepercayaan diri mereka, dan menghambat aspirasi mereka untuk studi yang lebih tinggi dan rasa kebebasan. Ruang pendidikan yang terpecah dan diskriminatif secara langsung menggembleng pembentukan masyarakat yang semakin terpecah,” kata laporan itu, dilansir dari New Indian Express, Selasa (10/1/2023).

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

“Saya meninggalkan kuliah saya dan mencari perguruan tinggi lain yang mengizinkan perempuan memakai jilbab. Ada pendidikan gratis di perguruan tinggi negeri tetapi di perguruan tinggi baru saya, biaya perjalanannya tinggi. Saya ingin mengejar MSc, yang tidak mungkin sekarang. Rasanya mimpi saya sekarang hancur,” kata seorang siswa yang diwawancarai.

ADVETISEMENTS

Kontroversi tersebut telah memaksa banyak orang untuk mencari dukungan dari komunitas mereka sendiri. “Di pedesaan Udupi, seorang siswa mengatakan bahwa karena ada perubahan mendadak dalam sikap tetangga dan teman mereka, banyak perempuan Muslim mencari dukungan dari dalam komunitas mereka,” kata laporan tersebut.

Kehadiran polisi yang semakin besar di kampus, konfrontasi yang tidak beralasan dengan mahasiswa laki-laki, yang mengancam akan membunuh atau melecehkan mereka di media sosial, membuat perempuan tidak nyaman. “Mereka bilang ingin menghukum dan membunuh kami. Banyak siswa datang dan berkelahi tanpa alasan. Kami menyurati kepala sekolah, meminta intervensi, tetapi kepala sekolah menolak,” laporan tersebut, mengutip pernyataan para siswi.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version