Global Environment Facility Dukung Program Konservasi Lanskap Aceh-NTB

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Langkat- Organisasi pendanaan internasional, Global Environment Facility (GEF) meninjau kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) di Tangkahan, Kecamatan Batang Serangan Kabupaten Langkat, Jumat, (13/012023) hingga Sabtu (14/01/2023).

ADVETISEMENTS

CEO GEF Carlos Manuel Rodriguez bersama Manager GEF Program Unit, Claude Gascon datang melihat langsung Tangkahan, yang dikenal sebagai kawasan ekowisata berbasis masyarakat yang memiliki pusat latihan gajah khusus. GEF datang untuk melihat konservasi berbasis masyarakat, masyarakat tinggal berdekatan dengan kawasan TNGL.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

“Bagaimana masyarakat dilibatkan dalam pengelolaan kawasan konservasi melalui ekowisata terintegrasi. Sehingga dari kesadaran itu masyarakat dapat manfaat dari kawasan konservasi, mereka menjaga hutannya,” kata Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL), Ujang Mamat Rahmat.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Ia mengatakan, apa yang menjadi penekanan program GEF sejalan dengan prioritas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), yakni penurunan pengaruh dari emisi, keanekaragaman hayati dan pemulihan ekosistem.

ADVERTISEMENTS

“Oleh karena itu kita sikapi dengan sangat serius, kita akan kawal terus program ini. Harapannya program GEF ini juga membantu TNGL salah satunya Tangkahan. Karena Tangkahan ini salah satu model pendekatan pengelolaan kawasan konservasi yang berbasis masyarakat,” jelas Ujang.

ADVERTISEMENTS

Kedatangan CEO dan Manager Program GEF tersebut bersama Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi, Jefry Susyafrianto, Sekretaris Ditjen PPI, Agus Rusly dan Biro kerjasama Luar Negeri KLHK, Dodi Sumardi.

ADVERTISEMENTS

GEF merupakan mekanisme pendanaan yang dibentuk sejak tahun 1991 untuk menggalang kerja sama internasional dalam mengatasi ancaman lingkungan global. GEF adalah mekanisme pendanaan yang bersifat incremental (pembiayaan tambahan) dari pembiayaan dasar negara-negara penerima.

Sebuah sesi diskusi pada sore itu diawali dengan sambutan Direktur Pengelolaan Kawasan Konservasi – Ditjen KSDAE, Jefry Susyafrianto yang mengungkap sejarah mengapa anak gajah jantan yang lahir pada tanggal 17 November 2021 di Tangkahan dinamakan Carlos. Ia katakan penamaan tersebut sebagai simbol penghormatan kepada bapak Carlos Manuel Rodriguez.

Diskusi sore itu dipandu oleh Muhammad Yayat Afianto, Technical Officer UNDP Indonesia dilanjutkan dengan paparan singkat yang disampaikan oleh Wahdi Azmi tentang status konservasi spesies kunci di sumatera bagian utara terutama gajah sumatera, Wahdi juga memperkenalkan sebuah proyek yang disupport oleh GEF yang bernama Proyek CONSERVE, yang merupakan singkatan dari Catalyzing Optimum Management of Natural Heritage for Sustainability of Ecosystem, Resources and Viability of Endangered Wildlife Species.

Proyek tersebut merupakan proyek kerjasama antara KLHK, UNDP dan GEF yang menitik beratkan pada peningkatan pengelolaan konservasi berbasis lanskap, termasuk kawasan yang berada dil uar kawasan konservasi yang juga memiliki nilai konservasi tinggi dengan memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat lokal dan juga mendorong peningkatan peran dari sektor swasta untuk dapat mendukung pembiayaan konservasi di masa depan.

“Desain proyek ini agak berbeda dengan beberapa proyek kerjasama luar negeri lainnya, proyek CONSERVE adalah proyek yang dilaksanakan langsung di bawah kendali Ditjen KSDAE yaitu dibawah pimpinan Direktur Konservasi Keragaman Hayati dan Sumber Daya Genetik sebagai National Proyek Director, bersama UNDP Indonesia dan didukung oleh pendanaan dari GEF. Komponenan pembiayaan proyek yang bersumber dari GEF bernilai USD 6,272,018 sementara total nilai proyek adalah USD 57,272,544 yang sebagian besar merupakan kontribusi Pemerintah Indonesia sendiri,” ujar Wahdi Azmi, National Project Manager CONSERVE.

Carlos berterimakasih kepada pemerintah Indonesia, mitra pembangunan termasuk UNDP dan semua pihak yang mendukung program konservasi.

“Pemerintah Indonesia lah yang menentukan wilayah di mana proyek ini diimplementasikan dan pemerintah adalah pihak yang berkontribusi paling besar,” ujarnya.

Sebelumnya dijelaskan bahwa wilayah intervensi proyek ini adalah lansekap Ulu Masen di Aceh, lansekap Seblat di Bengkulu dan Pulau Moyo di NTB yang sekarang sudah menjadi Taman Nasional Moyo-Satonda.

Carlos mengatakan, Indonesia negara yang paling besar mendapatkan alokasi dari 150 negara yang di support GEF. Katanya, hal ini patut disyukuri dan kiranya berdampak pada peningkatan populasi spesies kunci Indonesia.

“Ini bukan perjuangan kecil. Ini komitmen langsung direspon oleh GEF dengan memberikan alokasi yang besar untuk Indonesia,” katanya.

Carlos Manuel Rodriguez yang juga merupakan mantan Menteri Lingkungan dan Energi Kosta Rika menyebutkan, pihaknya menekankan 4 hal pada program tersebut. Pertama, memperkuat kapasitas Park Ranger dengan mengedepankan edukasi dan mendampingi masyarakat dengan cara yang baik.

“Kedua, pembangunan infrastruktur yang strategis untuk peningkatan pelayanan dari lembaga pengelola kawasan. Ketiga, manajemen bersama. Program ini tidak hanya dikelola oleh pemerintah tapi juga banyak kerjasama dengan mitra pembangunan termasuk UNDP dan stakeholder lainnya, NGO, akademisi dan lainnya,” kata Carlos.

Dan keempat, visi atau perencanaan kedepan yang panjang untuk pembangunan Sumatera. Baik konservasi maupun restorasi, untuk melihat Sumatera secara keseluruhan.

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version