Dokter Duga Bayi Meninggal Akibat Diberi Jamu Alami Keracunan Daun Kecipir

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Daun kecipir mentah mengandung sianida yang beracun bagi bayi.

ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI) Dr (Cand) dr Inggrid Tania, MSi menuturkan daun kecipir mentah mengandung sedikit zat toksik yakni sianida yang tidak bisa diterima bayi. Tuturan Tania ini mengemuka usai mengetahui kabar meninggalnya bayi berusia 54 hari setelah mendapatkan ramuan daun kecipir dan kencur, beberapa waktu lalu.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Sang bayi dilaporkan mengalami sesak napas dan infeksi paru-paru usai meminum ramuan itu. Ia pun akhirnya meninggal dunia.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Umumnya ramuan tradisional berupa air perasan, misalnya air perasan daun kecipir didapatkan dari daun kecipir yang mentah. Zat toksik ini walau jumlahnya sedikit tentu tidak bisa diterima bayi, sehingga bayi tersebut akhirnya meninggal,” ujar dia saat dihubungi, Rabu (18/1/2023) malam.

ADVERTISEMENTS

Lebih lanjut, menurut dia, bayi berusia di bawah usia enam bulan seharusnya hanya mendapatkan ASI eksklusif. Atau jika tidak bisa diberikan ASI eksklusif dia semata dapat diberikan susu formula. Ini karena sistem pencernaan dan imunitas tubuhnya belum sempurna.

ADVERTISEMENTS

Dia mengakui, sebagian bayi berusia satu atau dua bulan pada zaman dahulu diberikan makanan selain ASI seperti pisang dan perasan kurma. Tetapi, sambung dia, ini tak bisa membuat masyarakat dapat menggeneralisir makanan selain ASI akan aman untuk semua bayi di bawah usia enam bulan.

ADVERTISEMENTS

Di sisi lain, sambung Tania, bayi di bawah usia enam bulan juga biasanya rentan ada alergi-alergi tertentu sehingga tidak bisa menerima beberapa jenis makanan. Misalnya dari golongan kacang-kacangan seperti kecipir.

ADVETISEMENTS

“Dia (kecipir) kaya protein. Jadi tidak hanya di pods kecipirnya tetapi juga di daunnya juga mengandung protein, yang seringkali belum bisa diterima oleh bayi di bawah usia enam bulan,” tutur dia.

Sesak napas merupakan salah satu tanda alergi, seperti dialami bayi berusia 54 hari yang meninggal tersebut. Tania menduga sang bayi kemungkinan memiliki alergi terhadap protein kacang-kacangan termasuk kecipir.

“Jadi, dugaan saya bayi tersebut ada alergi terhadap protein kacang-kacangan termasuk kecipir maupun bagian tanaman kecipirnya apa itu daunnya, tangkainya, akarnya, tetapi berasal dari satu tanaman yang sama,” kata Tania.

Tak hanya sianida, daun serta bagian tanaman kecipir lainnya itu juga mengandung asam oksalat dengan jumlahnya yang sedikit. Menurut Tania, walau sedikit tetapi zat ini dapat saja menimbulkan batu ginjal yang nantinya menimbulkan gangguan ginjal.

“Bayi juga kemungkinan besar tidak bisa menerima walaupun kadar asam oksalatnya kecil,” demikian kata dia.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version