Petarung UFC Muslim dari Rusia Sebut Pembakar Alquran Teroris

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Chimaev mengutarakan perasaannya dengan jelas dalam sebuah postingan Instagram.

ADVERTISEMENTS

 MOSKOW — Petarung UFC kelahiran Rusia Khamzat Chimaev mengatakan umat Islam tidak dapat berpaling setelah seorang politikus sayap kanan diizinkan untuk secara terbuka membakar Alquran di Swedia.

ADVERTISEMENTS

Pengacara Denmark-Swedia Rasmus Paludan, yang memimpin partai sayap kanan Stram Kurs (Garis Keras) di Denmark, membakar Alquran pada pekan lalu di dekat kedutaan Turki di Stockholm. Polisi membiarkan Paludan melakukan penodaan kitab suci umat Islam meskipun ada protes dari pejabat Turki dan kritik dari elite politik Swedia.

ADVERTISEMENTS

Chimaev (28 tahun) mengutarakan perasaannya dengan jelas dalam sebuah postingan Instagram kepada 4,7 juta pengikutnya pada Ahad. “Dia adalah teroris bagi kami” tulis pejuang itu dalam bahasa Swedia, membagikan foto Paludan dengan salinan Alquran.

ADVERTISEMENTS

“Saya seorang Muslim tetapi tidak pernah menentang agama siapapun dan tidak pernah melakukan apa yang telah dia lakukan terhadap agama siapapun. Mengapa kamu membiarkan dia melakukan ini?” kata bintang MMA ini bersama dengan serangkaian emoji jempol ke bawah.

ADVERTISEMENTS

“Kita semua tidak boleh diam, kamu menyebut kami saudara jadi tunjukkan rasa hormat pada kami,” kata Chimaev, dilansir dari Nord News, Selasa (23/1/2023).

ADVERTISEMENTS

Chimaev lahir di Chechnya tetapi pindah ke Swedia di akhir masa remajanya dan bertarung di Allstars Gym di Stockholm. Sepanjang kebangkitannya di UFC, di mana dia telah memenangkan keenam pertarungannya hingga saat ini, Chimaev tetap berhubungan dekat dengan tempat kelahirannya di Chechnya dan sering terlihat bersama pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov dan keluarganya.

ADVERTISEMENTS

Chimaev bukan satu-satunya yang marah dengan tindakan Paludan. Para pengunjuk rasa kemudian membakar bendera Swedia di Istanbul pada Sabtu sebagai tanggapan atas tindakan tokoh sayap kanan itu. Perselisihan juga terjadi ketika Swedia dan Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan aliansi militer NATO, di mana Turki sudah menjadi anggotanya. Anggota NATO harus memberikan persetujuan dengan suara bulat sebelum ada negara baru yang diterima di aliansi.

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version