Seorang Muslim tidak Percaya Isra Miraj, Apakah Murtad?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

JAKARTA — Jika seorang Muslim tidak percaya atau tidak beriman kepada Isra Miraj, lantas apakah dia berarti murtad dari Islam? Pertanyaan ini diterima oleh Syekh Ali Jumah, mantan mufti Mesir yang merupakan salah satu ulama terkemuka di Mesir.

ADVERTISEMENTS

Syekh Jumah menjelaskan, jika ada Muslim yang tidak beriman kepada Isra Miraj, tidak berarti ia keluar dari Islam. Namun, pikiran tersebut membawa dirinya dari yang berpengetahuan menjadi tidak berpengetahuan.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

“Siapa yang tidak percaya pada keajaiban Isra dan Miraj, ia harus menjauhkan dirinya sedikit dari pikiran tersebut, sampai dia benar-benar memahaminya,” kata dia, seperti dilansir Masrawy, Jumat (17/2/2023).

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Bila ada yang tidak percaya Isra Miraj, berarti ia meyakini perjalanan yang penuh keajaiban itu hanyalah mitos sehingga dia pun mengabaikannya. Namun, Syekh Jumah menekankan Isra Miraj bukan mitos.

ADVERTISEMENTS

“Sama seperti dia yang percaya dada Nabi dibelah itu adalah mitos. Jauhkan pikiran ini. Itu bukan mitos, karena ada makna yang besar di dalamnya,” kata Syekh Jumah.

ADVERTISEMENTS

Siapapun Muslim yang memiliki keraguan terhadap Isra Miraj, terang Syekh Jumah, pikiran tersebut harus dikesampingkan. Mengesampingkan pikiran seperti itulah yang dilakukan oleh generasi terdahulu di masa awal Islam.

ADVERTISEMENTS

“Ketika ada sesuatu yang membingungkan, yang membuat dia tidak memahaminya, mereka tidak memiliki keberanian menolak ataupun menyangkal. Maka jika seseorang berdiskusi dengan Anda tentang Isra dan Miraj,” ujarnya.

ADVETISEMENTS

Syekh Jumah kemudian menceritakan, ada seseorang yang berkata kepada dirinya, “Apakah madu lebah memiliki warna selain kuning?” Pertanyaan ini disampaikan orang tersebut ketika Syekh Jumat sedang membaca ayat 69 Surah An-Nahl:

“…Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (QS An-Nahl ayat 69)

Saat dihadapkan pada ayat tersebut, Syekh Jumah merasa ayat itu keliru. Namun, keraguan ini dia sembunyikan. Hingga akhirnya, orang yang bertanya itu pergi ke Paris lalu di sana ia menemukan madu dengan 90 warna. Di situlah ia pingsan dan penuh dengan keheranan. Dia melihat sendiri keagungan ayat suci Alquran.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version