Nenek Moyang Yahudi Punya Keahlian Intelijen, Tapi Bermental Pengecut dan Membangkang 

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

JAKARTA –Israel memang memiliki kekuatan intelijen bernama Mossad sebagai institut Intelijen Operasi Khusus Israel bersama Aman (intelijen militer Israel) dan Shin Bet (keamanan internal Israel adalah entitas utama dan komunitas Intelijen Israel. 

ADVERTISEMENTS

Meski begitu, intelijen Israel tak berbanding lurus dengan kemampuan dan mental bertempur para militernya. Faktanya, militer Israel mengalami kekalahan besar ketika harus berhadapan langsung bertempur dengan Hamas di Palestina. Alhasil, dengan pengecutnya, Israel terus-menerus melancarkan serangan jarak jauh lewat udara. 

ADVERTISEMENTS

Sebenarnya, sejak dulu nenek moyang kaum Yahudi telah memiliki keahlian intelijen yang mumpuni. Tapi sekali lagi, keahlian intelijen mereka tak berbanding lurus dengan mental berjuangnya di medan tempur. Mereka ciut bahkan melarikan diri. 

ADVERTISEMENTS

Ini terjadi ketika zaman nabi Musa alaihissalam. Setelah lepas dari kekejaman Fir’aun, Bani Israil eksodus besar-besaran menuju Palestina dengan dipimpin nabi Musa alaihissalam. Saat itu, Palestina diduduki kaum bertubuh raksasa dengan kekuatan di atas rata-rata manusia. Nabi Musa pun mengutus beberapa orang untuk melakukan kegiatan intelijen, yakni memata-matai keadaan di Palestina. 

ADVERTISEMENTS

“Nabi Musa mengirim dua belas orang mata-mata (meraglim) dari Bani Israil untuk misi pengintaian terhadap para raksasa yang menempati Al Quds itu. Kedua belas orang itu bertemu raksasa bernama Og, atau Auj dalam literatur Arab. Bangsa raksasa bernama Og ini konon adalah bangsa Amaliqah atau Amalek (Amalekite). Bangsa inilah pemilik berhala bernama Hubal yang kemudian dibawa oleh Amr bin Luhay dari Bani Khuza’ah ke Makkah di masa jahiliyah belasan abad setelah peristiwa Gurun Tih,” (Lihat buku: Yahudi Madinah Dari Era Nebuchadnezzar Hingga Khaibar karya Wisnu Tanggap Prabowo, penerbit Pustaka Al Kautsar 2 tahun 2021 halaman 41).

ADVERTISEMENTS

Disebutkan bahwa kedua belas intelijen itu adalah perwakilan dari 12 suku-suku Bani Israil. Setelah mendapat banyak informasi tentang kaum Amalek yang memiliki fisik raksasa yang menduduki Palestina kala itu, kedua belas intelijen utusan Yahudi itu sepakat memutuskan untuk tidak menceritakan apa yang mereka lihat kepada Bani Israil karena adanya kekhawatiran bila disampaikan secara langsung berpotensi membuat gentar Bani Israil dan menentang Nabi Musa untuk memasuki Palestina. Pada akhirnya kedua belas intelijen itu hanya memberitahu nabi Musa dan nabi Harun. 

ADVERTISEMENTS

Tetapi informasi itu pada akhirnya bocor, perintah nabi Musa agar Bani Israil masuk ke Palestina tak dipatuhi. Bani Israil enggan dan takut menghadapi musuh yang memiliki fisik dan kekuatan sangat besar. Begitulah mental pengecut nenek moyang kaum Yahudi. Pada akhirnya hanya dua orang saja dari pengikut setia nabi Musa yang menyatakan mengikuti perintah nabi Musa. Ialah Yusa bin Nun dan Kaalib bin Yufana. Sementara Bani Israil malah mundur, bahkan mereka mengungkapkan lebih memilih mati di padang pasir dari pada harus berperang. Mereka menyeru bahwa lebih memilih balik lagi ke Mesir tempat Fir’aun berkuasa daripada harus mentaati seruan nabi Musa untuk berperang dengan bangsa raksasa Amalek. 

ADVERTISEMENTS

“Karena ketakutan hebat, sebagian Bani Israil, sebagaimana dalam kitab mereka, mengatakan andai saja mereka mati di Mesir atau di padang pasir, hal itu lebih baik ketimbang menghadapi penduduk Al Quds itu. Bahkan menurut sumber ahli kitab, mereka hampir saja memilih pemimpin baru yang akan membawa mereka kembali ke Mesir,” (Yahudi Madinah Dari Era Nebuchadnezzar Hingga Khaibar, halaman 42). 

ADVERTISEMENTS

Pada puncak kelancangannya, Bani Israil mengatakan kalimat yang begitu keji menentang kepada nabi Musa dan nabi Harun. Kalimat Bani Israil yang pengecut itu diabadikan dalam Alquran surat Al Maidah ayat 24. 

ADVERTISEMENTS

قَالُوا يَا مُوسَىٰ إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا ۖ فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ

Artinya: Mereka berkata: “Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja”. (Alquran surat Al Maidah ayat 24).

Akibat adab buruk Bani Israil kepada Allah dan rasul-Nya, akhirnya para nenek moyang kaum Yahudi itu terdampar di Padang Tih (kebingungan) selama 40 tahun. Banyak di antara mereka yang membangkang terhadap nabi Musa mati di gurun itu. 

Begitulah keahlian intelijen yang dimiliki nenek moyang kaum Yahudi yang bertolak belakang dengan mental bertempur mereka. Mental pengecut, ingkar, kufur nikmat, dan selalu membangkang pada nabi-nabi, membuat Bani Israil yang pada awalnya dituntut oleh nabi Musa agar menjadi kaum yang mulia dan terhormat di sisi Allah justru menjadi kaum yang paling hina dan rendah hingga kiamat. Bahkan kelak kaum Yahudi lah yang akan menjadi pengikut Dajjal dan membersamainya saat akhir zaman. 

 

 

 

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version