50 Tahun Malari, Jepang-Indonesia Malah Kian Lengket

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

 JAKARTA — Peristiwa Malari berusia 50 tahun hari ini. Dari amuk massa terhadap investasi Jepang dan produk Jepang ketika itu, bagaimana kita melihat situasinya sekarang?

ADVERTISEMENTS

Harus diakui, Peristiwa Malari relatif tak berdampak pada hubungan bilateral antara RI dan Jepang. Malah 50 tahun kemudian, kerjasama di berbagai sektor antara kedua negara makin mesra dan lengket. Jepang masih menjadi investor otomotif terbesar di Indonesia, dan Indonesia masih menjadi salah satu pasar otomotif terbesarnya. 

ADVERTISEMENTS

Presiden Joko Widodo dan Wapres Ma’ruf Amin sudah menyempatkan diri ke Jepang. Tahun lalu, giliran Kaisar Jepang Naruhito dan Putri Masako mengunjungi Indonesia. Mereka sempat meninjau salah satu proyek penting RI-Jepang yakni Mass Rapid Transit (MRT). Ini proyek yang memakan biaya triliunan rupiah dan dalam jangka panjang. Tahun ini saja rute MRT Jakarta sedang digenjot ke Kota, dengan rencana depo apung di Ancol. Di tahun yang sama, rencana mengembangkan MRT dari barat Balaraja ke Tangerang terus digeber.

ADVERTISEMENTS

Duta Besar Jepang untuk Indonesia Kanasugi Kenji dalam peringatan 65 tahun hubungan Jepang-Indonesia di Universitas Indonesia, tahun lalu, memaparkan data-data bagaimana eratnya kerjasama ekonomi negara matahari terbit itu dengan Nusantara. 

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

“Jepang adalah sejauh ini donor terbesar dalam program Official Development Assistance ke Indonesia dengan dana akumulasi mencapai 50 miliar dolar AS,” kata Kanasugi. Ia melanjutkan, Jepang juga menjadi negara terbesar nomor dua dalam hal investasi ke Indonesia. Saat ini ada hampir dua ribu perusahaan Jepang beroperasi di seluruh Indonesia. “Perusahaan-perusahaan ini mempekerjakan lebih sekitar 7,2 juta pekerja Indonesia, bersama-sama berkontribusi sekitar 8,5 persen terhadap total PDB Indonesia dan hampir 25 persen ekspor,” lanjut dia. 

ADVERTISEMENTS

Bila tadinya perusahaan Jepang terkena di Indonesia dengan sektor transportasi, elektronik dan manufaktur, maka kini, sambung Dubes Kanasugi, terus mendiversifikasi sektor investasinya dengan masuk ke bidang properti, keuangan, ritel, makanan dan minuman. Ia menekankan, kerjasama ekonomi Jepang dan Indonesia harus ‘win win’. 

ADVERTISEMENTS

Berdayakan lokal

ADVERTISEMENTS

Pada tengah tahun lalu, parlemen Jepang juga mengunjungi Indonesia. Menerima kunjungan itu, Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel mengatakan kedatangan Jepang ke Indonesia bukan hanya untuk berinvestasi, melainkan juga untuk membangun sumber daya manusia (SDM) Indonesia. 

ADVERTISEMENTS

“Jadi, bukan hanya soal uang, melainkan juga mempunyai dimensi pembangunan sumber daya manusia dan pengembangan lingkungan hidup,” kata Gobel, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu. 

Hal itu, kata dia, diketahui berdasarkan pembahasan dalam pertemuannya dengan tiga delegasi parlemen Jepang, yakni Wada Yushiaki, Ozaki Masanao, dan Matsumoto Hisashi, di Rumah Dinas Wakil Ketua DPR RI di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (28/6/2023).

Lebih lanjut, Gobel menyampaikan Jepang hadir di Indonesia bukan hanya untuk membuat produk lalu menjualnya, melainkan juga yang utama adalah membangun sumber daya manusianya terlebih dulu.

Gobel mengatakan Indonesia memiliki sumber daya alam dan pasar yang besar, sedangkan Jepang memiliki keunggulan di bidang teknologi dan pengalaman sebagai negara yang maju.

“Jadi, kedua negara saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Investasi Jepang juga membuka lapangan kerja yang besar bagi penduduk Indonesia. Produk Jepang di Indonesia juga diekspor ke negara-negara lain. Ini bukti adanya transfer teknologi,” ujar dia.

sumber : Antara

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version