Bullying di Binus Serpong Disebut karena Orang Tua tak Batasi Anak Akses Internet

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

ADVERTISEMENTS

Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Alwen Bentri, menilai masih maraknya aksi bullying di dunia pelajar karena anak-anak tidak dibatasi dalam mengkonsumsi internet.

ADVERTISEMENTS

 JAKARTA — Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Padang (UNP), Alwen Bentri, menilai masih maraknya aksi bullying di dunia pelajar karena anak-anak tidak dibatasi dalam mengkonsumsi internet. Kasus bullying yang sedang jadi sorotan adalah yang terjadi di Binus School, Serpong, Tanggerang Selatan.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Menurut Alwen, tidak ada batasan kepada anak terhadap teknologi membuat anak terpengaruh oleh tontonan-tontonan yang belum pantas ia konsumsi. Sehingga konsumsi tayangan kekerasan yang mereka lakukan mempengaruhi kehidupan sosial anak.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

“Aksi bullying tidak dapat kita tampik efek samping dari kemajuan teknologi. Jadi semua orang terutama orang tua harus hati-hati dengan teknologi yang diberikan kepada anak, terutama HP,” kata Alwen, kepada Selasa (20/2/2024).

ADVERTISEMENTS

Alwen mengingatkan semua orang harus berhati-hati dengan teknologi yang kita gunakan. Bila sudah mengenalkan teknologi kepada anak, orang tua harus bersiap diri. Yakni mempersiapkan dari sisi religius, dari sisi sosial, dari sisi moral. 

ADVERTISEMENTS

 

ADVERTISEMENTS

“Karena teknologi ini bukan hanya berdampak positif, tapi bila tidak digunakan dengan baik dianggap hanya sebagai alat, ini akan menyebabkan dampak yang buruk,” ucap Alwen.

ADVETISEMENTS

Di era perkembangan teknologi komunikasi yang terus berkembang, memang setiap orang tua menurut Alwen tidak boleh juga terlalu membatasi anak untuk mengenalinya. Namun, pengenalan teknologi harus dibarengi dengan penanaman nilai-nilai moral dan etika. Sehingga si anak dapat membatasi apa saja yang pantas atau tidak untuk dikonsumsi. 

“Teknologi harus ada, tapi etika sopan santun juga harus ada. Jangan yang satu mengalahkan yang lain,”kata Alwen menambahkan.

 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version