Kemesraan Israel-Arab untuk Hadang Hegemoni Iran di Kawasan?

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Negara-negara Arab mulai melakukan kerja sama dengan zionis Israel

ADVERTISEMENTS

TELAVIV–Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan para diplomat tinggi Israel dari empat negara Arab mengakhiri konferensi Negev dengan berjanji untuk meningkatkan kerja sama di antara mereka.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Menlu Israel bahkan menyebut pertemuan ini akan mengirim pesan yang kuat kepada musuh bebuyutannya, Iran. 

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


Dilansir dari The New Arab, Selasa (29/3/2022), konferensi itu mempertemukan untuk pertama kalinya di tanah Israel, para menteri luar negeri Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko yang semuanya menormalkan hubungan dengan negara Yahudi itu pada 2020. Berikut Mesir yang secara resmi berdamai dengan Israel sejak 1979. 

ADVERTISEMENTS


Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid mengatakan pertemuan ini dapat mengintimidasi dan menghalangi musuh bersama Iran dan proksinya. “Mereka tentu memiliki sesuatu untuk ditakuti,” katanya tentang Iran.  

ADVERTISEMENTS


Adapun Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab, Abdullah bin Zayed Al-Nahyan menyebut pertemuan dua hari itu bersejarah dan akan mengubah sejarah. “Apa yang kami coba capai di sini adalah mengubah narasi, menciptakan masa depan yang berbeda,” terangnya.  

ADVERTISEMENTS


Blinken meninggalkan Israel dan tiba pada Senin malam di Maroko, di mana dia akan bertemu dengan pejabat senior dari kerajaan Afrika Utara, serta pemimpin de facto UEA, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed. 

ADVETISEMENTS


Pembukaan pertemuan bersejarah di Israel, di kibbutz Sde Boker di gurun Negev, dirusak oleh serangan penembakan pada hari Ahad di Israel utara yang menewaskan dua petugas polisi dan diklaim dilakukan oleh kelompok ISIS. Padahal ISIS jarang berhasil melancarkan serangan di dalam negara zionis Yahudi itu. 


Kunjungan Blinken ke Maroko, diikuti oleh Aljazair pada hari Rabu, diperkirakan sebagian akan fokus pada ancaman dari ISIS dan afiliasi Al-Qaeda di wilayah Sahel, di samping kekurangan pasokan gandum yang disebabkan oleh perang di Ukraina. 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version