Menlu China Minta Kiev Berunding dengan Rusia untuk Akhiri Konflik

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Ini adalah percakapan tingkat tinggi pertama antara China dan Ukraina.

ADVETISEMENTS

 BEIJING — Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi melakukan panggilan telepon dengan Menlu Ukraina Dmytro Kuleba pada Senin (4/4/2022) waktu setempat. Beijing kembali menyerukan perundingan untuk mengakhiri konflik di Ukraina.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS


Panggilan tersebut dibuat atas permintaan Ukraina. Ini adalah percakapan tingkat tinggi pertama yang dilaporkan antara kedua negara sejak 1 Maret, ketika Kuleba meminta Beijing menggunakan hubungannya dengan Moskow untuk menghentikan invasi Rusia.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS


“Perang berakhir pada akhirnya. Kuncinya adalah bagaimana merefleksikan rasa sakit, untuk menjaga keamanan abadi di Eropa dan membangun mekanisme keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan,” kata Menlu Wang Yi.

ADVERTISEMENTS


“China siap memainkan peran konstruktif dalam hal ini dalam posisi yang objektif,” ujarnya menambahkan.

ADVERTISEMENTS


Sementara Kuleba berterima kasih kepada rekan China atas solidaritas dengan korban sipil melalui akun Twitter terverifikasinya. “Kami berdua memiliki keyakinan yang sama bahwa mengakhiri perang melawan Ukraina melayani kepentingan bersama perdamaian, keamanan pangan global, dan perdagangan internasional,” katanya.

ADVERTISEMENTS


China telah menolak untuk mengutuk serangan Rusia ke Ukraina atau menyebut tindakannya di sana sebagai invasi. Seperti diketahui Beijing semakin dekat dengan Moskow dalam beberapa tahun terakhir sementara juga memiliki hubungan diplomatik yang baik dan hubungan perdagangan yang kuat dengan Ukraina.


Rusia meluncurkan apa yang disebutnya “operasi khusus” di Ukraina pada 24 Februari. Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras. Sementara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia dalam upaya untuk memaksanya menarik pasukannya.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version