Tunisia Tangkap Jurnalis yang Kritik Polisi

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Kebebasan berbicara dan berekspresi merupakan tuntutan penting rakyat Tunisia.

ADVERTISEMENTS

  TUNIS — Serikat wartawan Tunisia mengatakan pengadilan memerintahkan penahanan seorang jurnalis yang mengkritik polisi dan kementerian dalam negeri. Mereka mengecam kemunduran kebebasan berekspresi sejak Presiden Kais Saied merebut kekuasaan eksekutif pada musim panas tahun lalu.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Chahrazed Akacha merupakan jurnalis kedua yang ditahan dalam waktu satu pekan. Setelah minggu lalu seorang wartawan lainnya ditahan karena mempublikasikan berita tentang milisi.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Pada Jumat (15/4/2022) serikat mengatakan Akacha ditahan karena unggahannya di Facebook. Ia mengkritik kementerian dalam negeri dan menuduh polisi melecehkan dan memukulinya di jalan pekan lalu.

ADVERTISEMENTS

Dalam unggahan tersebut Akacha meminta kementerian dalam negeri mengendalikan anggota polisinya. Ia menggambarkan petugas polisi yang memukuli, melecehkan dan menarik jilbabnya sebagai “anjing”. Polisi dan kementerian dalam negeri tidak menanggapi permintaan komentar.

ADVERTISEMENTS

Kebebasan berbicara dan berekspresi merupakan tuntutan penting rakyat Tunisia dalam revolusi 2011 yang mengakhiri kekuasaan Presiden Zainal Abidin bin Ali dan memicu gelombang unjuk rasa yang dikenal Arab Spring.

ADVERTISEMENTS

Namun sistem demokrasi yang diadopsi usai revolusi terjerembab dalam krisis. Setelah Saied merebut kekuasaan eksekutif dan mengabaikan konstitusi dengan memerintah melalui dekrit, langkah yang menurut oposisi sebagai kudeta.

ADVETISEMENTS

Bulan lalu Saied membubarkan parlemen yang memicu amarah di dalam dan luar negeri. Saied menjadi populer setelah profesor hukum itu muncul di media berbicara mengenai konstitusi usai 2011.

Ia mengatakan akan menghormati semua kebebasan dan hak asasi dan tidak akan menjadi diktator. Kritikus mengatakan tindakan-tindakannya termasuk mengganti lembaga yang menjamin independensi peradilan menunjukkan ia ingin menjalankan pemerintahan satu orang.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version