Sabtu, 27/04/2024 - 11:51 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AFRIKAINTERNASIONAL

Tunisia Tangkap Jurnalis yang Kritik Polisi

ADVERTISEMENTS

Kebebasan berbicara dan berekspresi merupakan tuntutan penting rakyat Tunisia.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

  TUNIS — Serikat wartawan Tunisia mengatakan pengadilan memerintahkan penahanan seorang jurnalis yang mengkritik polisi dan kementerian dalam negeri. Mereka mengecam kemunduran kebebasan berekspresi sejak Presiden Kais Saied merebut kekuasaan eksekutif pada musim panas tahun lalu.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

Chahrazed Akacha merupakan jurnalis kedua yang ditahan dalam waktu satu pekan. Setelah minggu lalu seorang wartawan lainnya ditahan karena mempublikasikan berita tentang milisi.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Pada Jumat (15/4/2022) serikat mengatakan Akacha ditahan karena unggahannya di Facebook. Ia mengkritik kementerian dalam negeri dan menuduh polisi melecehkan dan memukulinya di jalan pekan lalu.

ADVERTISEMENTS
Berita Lainnya:
Rusia Gelar Gelombang Serangan Ke Berbagai Kota di Ukraina

Dalam unggahan tersebut Akacha meminta kementerian dalam negeri mengendalikan anggota polisinya. Ia menggambarkan petugas polisi yang memukuli, melecehkan dan menarik jilbabnya sebagai “anjing”. Polisi dan kementerian dalam negeri tidak menanggapi permintaan komentar.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Kebebasan berbicara dan berekspresi merupakan tuntutan penting rakyat Tunisia dalam revolusi 2011 yang mengakhiri kekuasaan Presiden Zainal Abidin bin Ali dan memicu gelombang unjuk rasa yang dikenal Arab Spring.

Namun sistem demokrasi yang diadopsi usai revolusi terjerembab dalam krisis. Setelah Saied merebut kekuasaan eksekutif dan mengabaikan konstitusi dengan memerintah melalui dekrit, langkah yang menurut oposisi sebagai kudeta.

Berita Lainnya:
Hujan Lebat dan Banjir Bandang Sebabkan 21 Orang Meninggal di Oman

Bulan lalu Saied membubarkan parlemen yang memicu amarah di dalam dan luar negeri. Saied menjadi populer setelah profesor hukum itu muncul di media berbicara mengenai konstitusi usai 2011.

Ia mengatakan akan menghormati semua kebebasan dan hak asasi dan tidak akan menjadi diktator. Kritikus mengatakan tindakan-tindakannya termasuk mengganti lembaga yang menjamin independensi peradilan menunjukkan ia ingin menjalankan pemerintahan satu orang.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi