Prancis Mulai Gelar Pemilihan Presiden Putaran Kedua

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto
ADVERTISEMENTS

Banyak rakyat Prancis yang belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih.

ADVERTISEMENTS

PARIS  — Prancis mulai menggelar pemungutan suara yang menentukan siapa pemimpin negara Eropa itu untuk lima tahun ke depan, pada Ahad (24/4/2022). Pejawat Presiden Emmanuel Macron berhadapan dengan kandidat sayap kanan Marine Le Pen.

ADVERTISEMENTS
ADVERTISEMENTS

Jajak pendapat dalam beberapa hari terakhir menunjukkan keunggulan Macron. Pakar menilai walaupun Le Pen sudah memperlembut citra dan menurunkan kebijakan-kebijakan partai National Rally yang dipimpinnya, dia masih dinilai tidak menyenangkan bagi banyak orang.

ADVERTISEMENTS
ADVETISEMENTS

Namun tidak berarti Le Pen sama sekali tidak mungkin menang mengingat tingginya angka pemilih mengambang. Banyak rakyat Prancis yang belum memutuskan siapa yang akan mereka pilih.

ADVERTISEMENTS

Jajak pendapat menunjukkan kedua kandidat tidak dapat hanya mengandalkan pendukung setia. Hasil pemilihan tergantung siapa yang lebih banyak antara para pemilih yang takut dengan kebangkitkan sayap kanan atau pemilih yang marah dengan rekam jejak Macron selama lima tahun terakhir.

ADVERTISEMENTS

Bila Le Pen menang maka Prancis turut mengalami gejolak politik seperti yang pernah dialami Inggris dengan keluarnya Britania dari Uni Eropa dan Amerika Serikat dengan kemenangan Donald Trump.

ADVERTISEMENTS

Tempat pemungutan suara dibuka pukul 08.00 pagi waktu setempat dan ditutup pukul 20.00 malam. Proyeksi kemenangan langsung disampaikan saat tempat pemungutan suara ditutup.

ADVETISEMENTS

Di Kota Douai yang terletak di utara Prancis, pensiunan  Andrée Loeuillet, 69 tahun mengatakan ia memilih Macron seperti yang ia lakukan pada 10 Apri lalu. Macron memenangkan putaran pertama di kota itu.

“Ia banyak catat tapi ia juga memiliki kualitas, ia yang terbaik untuk melanjutkannya, kami hidup di masa yang sulit,” katanya.

Macron menang telah dari Le Pen dalam pemilihan lima tahun yang lalu. Pria 44 tahun itu memperingatkan Prancis akan mengalami “perang sipil” bila Le Pen berkuasa. Le Pen berjanji akan yang melarang muslimah memakai hijab di ruang publik.

Dalam kampanyenya Le Pen fokus pada tingginya biaya hidup di perekonomian terbesar ketujuh di dunia. Banyak rakyat Prancis yang mengatakan biaya hidup semakin tinggi di tengah kenaikan harga energi global. Ia juga menyerang gaya kepemimpinan Macron yang menurutnya elitis.

“Pertanyaan pada Minggu ini sederhana: Macron atau Prancis,” kata Le Pen dalam kampanye di Kota Arras, Kamis (21/4) lalu.

Pegawai negeri Pascal Pauloin yang tinggal di Desa Souille dekat Le Mans mengatakan ia memilih Le Pen. Karena kecewa dengan Macron.

“Sejujurnya saya sangat kecewa, selama beberapa tahun Prancis kami tidak bekerja dengan baik, Macron tidak melakukan apa-apa untuk kelas menengah, dan kesenjangan dengan orang kaya semakin melebar,” katanya pria 56 tahun itu.

Le Pen yang dikritik karena pernah memuji Presiden Rusia Vladimir Putin, membantah tuduhan rasis. Sebab ia berencana memprioritaskan lapangan kerja dan perumahan bagi warga Prancis dan menghapus tunjangan kesejahteraan bagi orang asing terlepas agama atau asal negaranya.

sumber : Reuters

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version