Kamis, 16/05/2024 - 21:37 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pengamat: Rektor ITK Harus Diberikan Sanksi Tegas 

Rektor tersebut harus diberikan sanksi tegas dengan pencopotan jabatan.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 JAKARTA — Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji menanggapi terkait Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko yang diduga menjurus pada muatan diskriminasi suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Menurutnya, rektor tersebut harus diberikan sanksi tegas dengan pencopotan jabatan rektor.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


“Itu pelanggaran yang tidak bisa dibiarkan. Apalagi ini dilakukan di institusi pendidikan tertinggi dan dilakukan oleh pimpinan tertinggi pula. Harus diberikan sanksi tegas dengan pencopotan jabatan rektor,” katanya saat dihubungi Republika, Kamis (5/5).

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS


Kata dia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) harus memproses Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko terkait perbuatannya. “Iya itu jelas. Harus diproses segera,” ujar dia.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah


Menurutnya, Kemendibud harus memperhatikan hal ini. Jangan sampai terjadi lagi. Sebab, ini institusi pendidikan dan rektor sebagai contoh yang baik bukan malah diskriminasi.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh
Berita Lainnya:
Ibarat Air dan Minyak, Koalisi PKS-PDIP Justru Untungkan Prabowo


“Rektor sebagai contoh untuk murid-muridnya. Hal ini harus diperhatikan. Jangan sampai rektor lain seperti ini lagi,” kata dia.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Sebelumnya diketahui, terdapat tulisan Budi Santoso Purwokartiko yang kontroversial: “Saya berkesempatan mewawancara beberapa mahasiswa yang ikut mobilitas mahasiswa ke luar negeri. Program Dikti yang dibiayai LPDP ini banyak mendapat perhatian dari para mahasiswa. Mereka adalah anak-anak pinter yang punya kemampuan luar biasa. Jika diplot dalam distribusi normal, mereka mungkin termasuk 2,5 persen sisi kanan populasi mahasiswa”.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


“Tidak satu pun saya mendapatkan mereka ini hobi demo. Yang ada adalah mahasiswa dengan IP yang luar biasa tinggi di atas 3.5 bahkan beberapa 3.8, dan 3.9. Bahasa Inggris mereka cas cis cus dengan nilai IELTS 8, 8.5, bahkan 9. Duolingo bisa mencapai 140, 145, bahkan ada yang 150 (padahal syarat minimum 100). Luar biasa. Mereka juga aktif di organisasi kemahasiswaan (profesional), sosial kemasyarakatan, dan asisten lab atau asisten dosen”.

ADVERTISEMENTS


“Mereka bicara tentang hal-hal yang membumi: apa cita-citanya, minatnya, usaha-usaha untuk mendukung cita-citanya, apa kontribusi untuk masyarakat dan bangsanya, nasionalisme dan sebagainya. Tidak bicara soal langit atau kehidupan sesudah mati. Pilihan kata-katanya juga jauh dari kata-kata langit: insaallah, barakallah, syiar, qadarullah, dan sebagainya”.

ADVERTISEMENTS


“Generasi ini merupakan bonus demografi yang akan mengisi posisi-posisi di BUMN, lembaga pemerintah, dunia pendidikan, sektor swasta beberapa tahun mendatang. Dan kebetulan dari 16 yang saya harus wawancara, hanya ada dua cowok dan sisanya cewek”.

Berita Lainnya:
Gagal RI 1, Nasdem Dukung Anies RI 3


“Dari 14, ada dua tidak hadir. Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun. Otaknya benar-benar open mind. Mereka mencari Tuhan ke negara-negara maju, seperti Korea, Eropa Barat dan US, bukan ke negara yang orang-orangnya pandai bercerita tanpa karya teknologi”.


 

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi