Jumat, 19/04/2024 - 16:53 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

NASIONAL
NASIONAL

Pemerintah Diharap tak Gegabah Wacanakan Pandemi ke Endemi

ADVERTISEMENTS

Endemi tidak bisa dimaknai sudah bebas dari virus Covid-19.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

JAKARTA — Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani meminta pemerintah tidak gegabah mewacanakan pandemi menuju endemi tanpa adanya evaluasi dan kajian komprehensif atas pengendalian kasus Covid-19. Menurutnya pemerintah lebih penting memastikan dilakukannya evaluasi dan kajian menyeluruh terkait upaya pengendalian kasus Covid-19, dari pada berbicara perubahan status pandemi menjadi endemi.

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

“Pastikan bahwa dalam rentang waktu tertentu tidak ada kemunculan kasus baru dan kasus aktif. Ini yang harus jadi target pemerintah dalam pengendalian kasus, dan bukan  mewajarkan penyakit ini dengan status endemi,” kata Netty dalam keterangan tertulisnya, Kamis (19/5/2022).

ADVERTISEMENTS

Politikus PKS itu menuturkan, endemi tidak bisa dimaknai sudah bebas dari  virus Covid-19. Netty khawatir sejumlah aturan seperti boleh tidak menggunakan masker di ruang terbuka, tidak ada lagi tes Covid-19 untuk pelaku perjalanan, atau kebebasan berkumpul, dikhawatirkan membuat masyarakat memiliki kesimpulan yang keliru bahwa Indonesia sudah bebas Covid-19.

Berita Lainnya:
Bos Uni Eropa Diselidiki dalam Kasus Dugaan Korupsi Vaksin Covid-19

Kesimpulan yang keliru tersebut, kata Netty, dikhawatirkan apat membuat masyarakat  meninggalkan kembali kebiasaan-kebiasaan baik yang selama ini sudah dilakukan secara  baik, seperti memakai masker, mencuci tangan dan tidak berkerumun. “Kebiasaan baik itu jangan sampai hilang setelah betapa sulitnya dulu kita  menerapkannya di masyarakat,” ucapnya.

Selain itu, Netty juga mengingatkan pemerintah agar wacana endemi harus diikuti dengan rencana tindak lanjut yang jelas, termasuk dampaknya terhadap pembebanan keuangan negara. “Perlu diperhitungkan dampaknya terhadap beban negara di masa depan. Penyakit-penyakit seperti malaria, TB bahkan HIV yang  sudah dianggap endemi, ternyata tetap  membebani negara, baik dari sisi ekonomi mapun sosial. Nah, bagaimana dengan Covid-19?  Apakah  nanti biaya pengobatan Covid-19 ini akan  ditanggung negara atau masyarakat harus membayar sendiri?” ujarnya.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil

Netty juga meminta pemerintah agar menjelaskan dampak penetapan status endemi terhadap program insentif nakes, program lanjutan vaksinasi dan lainnya. “Wacana endemi tanpa penjelasan dampak ikutannya hanya akan menimbulkan euforia masyarakat. Sementara publik perlu tahu bagaimana kelanjutan proses vaksinasi, kelanjutan insentif nakes, dan lainnya,” imbuhnya.

Berita Lainnya:
Pentolan KST Abubakar Kogoya Kontak Senjata dengan TNI, Lalu Tewas

Wakil Ketua FPKS DPR RI ini meminta agar pemerintah melakukan edukasi ke masyarakat. Menurutnya jangan sampai pernyataan soal endemi ini justru menjebak masyarakat hingga  menganggap endemi tidak bahaya.

“Masyarakat harus selalu diingatkan untuk menerapkan protokol kesehatan serta menjalani hidup bersih. Bukankah  perilaku hidup sehat dan bersih akan membuat masyarakat lebih imun terhadap berbagai penyakit,” katanya.

Kemudian Netty juga meminta pemerintah agar terus memantau angka positivity rate, kasus aktif Covid-19,  capaian vaksinasi 70 persen dan data  BOR di rumah sakit pada masa transisi ini. “Justru saat ini harus menjadi momentum  bagi pemerintah untuk memperbaiki sistem kesehatan kita secara menyeluruh untuk  memastikan  apakah kita dapat terbebas dari Covid-19 atau justru kembali mengalami kenaikan kasus,” tuturnya.

Sumber: Republika

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi