Kamis, 16/05/2024 - 01:44 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

AFRIKAINTERNASIONAL

Afrika Laporkan 1.400 Kasus Cacar Monyet

Tujuh negara Afrika secara kumulatif telah melaporkan hampir 1.400 kasus cacar monyet

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 KIGALI — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (31/5/2022) mengatakan tujuh negara Afrika secara kumulatif telah melaporkan hampir 1.400 kasus cacar monyet tahun ini. Kasus-kasus tersebut telah dilaporkan di Kamerun, Republik Afrika Tengah, Republik Demokratik Kongo, Liberia, Nigeria, Republik Kongo, dan Sierra Leone.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


WHO menerangkan jumlah kasus cacar monyet pada 2022 cenderung lebih sedikit dari 2021. Menurut WHO, virus itu telah memperluas jangkauan geografisnya dalam beberapa tahun terakhir. Hingga 2019, kasus cacar monyet banyak ditemukan di Nigeria terutama di selatan negara itu.  Namun sejak 2020, virus tersebut telah menyebar ke wilayah tengah, timur, dan utara Afrika.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS


Direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, memperingatkan agar jangan ada perbedaan tanggapan terhadap kasus cacar monyet di sejumlah negara. Terutama untuk negara-negara Barat yang sekarang sedang mengalami penularan signifikan dan Afrika yang mengalami endemik cacar.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
Israel Terkejut, Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Otoritas Zionis Merasa Kecolongan?


“Kita harus bekerja sama dan menggabungkan aksi global yang mencakup pengalaman, keahlian, dan kebutuhan Afrika. Ini adalah satu-satunya cara untuk memastikan kami memperkuat pengawasan dan lebih memahami evolusi penyakit, serta meningkatkan kesiapan dan tanggapan untuk mengekang penyebaran lebih lanjut,” ujar Moeti dilansir Anadolu Agency, Rabu (1/6/2022).

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Monkeypox atau cacar monyet pertama kali terdeteksi pada manusia pada 1970 di wilayah Afrika. Sejak itu, sebagian besar kasus cacar monyet telah dilaporkan di daerah perdesaan dan hutan hujan.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Pada 2017, terjadi lonjakan tiba-tiba, dengan lebih dari 2.800 kasus yang diduga dilaporkan di lima negara. Lonjakan ini berlanjut dan memuncak pada 2020 dengan lebih dari 6.300 kasus yang dicurigai. Negara DR Kongo menyumbang 95 persen dari total kasus. Jumlahnya kemudian turun pada 2021 menjadi sekitar 3.200 kasus yang dicurigai.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA


Wabah cacar monyet baru-baru ini dilaporkan pada 7 Mei, ketika kasus pertama dikonfirmasi di Eropa. Kasus tersebut menimpa seseorang yang kembali ke Inggris dari Nigeria. Sejak itu, sekitar 260 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi telah dilaporkan dan sekitar 120 kasus yang dicurigai di 23 negara.

ADVERTISEMENTS


Moeti mencatat bahwa Afrika telah berhasil mengatasi wabah cacar monyet di masa lalu. Pemahaman tentang virus dan cara penularannya sangat penting sehingga dapat menekan jumlah kasus cacar monyet.

ADVERTISEMENTS


“Sangat penting bahwa kami memiliki akses yang sama terhadap vaksin cacar monyet yang efektif dan secara global kami memastikan dosis vaksin menjangkau setiap komunitas yang membutuhkan. Sementara beberapa wilayah mungkin telah membangun kekebalan terhadap penyakit ini, ada populasi yang sangat rentan, seperti petugas kesehatan dan kontak kasus,” kata Moeti.

Berita Lainnya:
Polisi Prancis Masuk Kampus Sciences Po Bubarkan Protes Pro Palestina


WHO mendesak petugas kesehatan untuk mencermati kemungkinan gejala cacar monyet. Mulai dari ruam, demam, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, dan kelelahan.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi