Perusahaan Jamu Alami Kenaikan Penjualan Selama Pandemi Covid-19

Ⓒ Hak cipta foto di atas dikembalikan sesungguhnya kepada pemilik foto

Selama pandemi Covid-19 makin banyak masyarakat yang mengonsumsi jamu

ADVERTISEMENTS

SOLO – Perusahaan jamu mengalami kenaikan penjualan selama pandemi Covid-19 menyusul meningkatnya kesadaran masyarakat memanfaatkan obat herbal untuk menjaga imunitas tubuh mereka. Manajer Produk Jaya Mitra Kemilau Vanessa Kalani mengatakan selama pandemi penjualan produk di perusahaan tersebut meningkat hingga 120 persen.

ADVERTISEMENTS


“Terutama peningkatan dari anak muda tinggi sekali, sebagai gambaran kalau dulu 2-3 tahun lalu yang tahu jamu 30 persen, sekarang 70 persen. Sekarang banyak anak muda mulai umur 20-40 tahun sudah mengenal jamu, mengerti sejarahnya, manfaatnya,” kata Vanessa pada Pencanangan Jamu, OHT, Fitofarmaka, dan Sumber Pangan Lokal Dalam Rangka Bulan Pancasila di RSUD Bung Karno Solo, Jawa Tengah, Kamis (9/6/2022).


Ia mengatakan saat ini banyak anak muda yang lebih memilih obat herbal dibandingkan obat farmasi. “Kalau cowok lebih suka STMK (susu, telur, madu, jahe) instan, sama minuman yang ada rasa coklatnya, kopi. Kami kan ada juga kopi jamu. Sedangkan konsumen wanita lebih ke perawatan kecantikan seperti kunyit asam, kalau mau flu minum jahe wangi,” jelasnya.


Produk lain yang juga diminati selama pandemi Covid-19 yakni jamu sehat paru dan jamu untuk kesehatan lambung. Selain mengoptimalkan pasar dalam negeri, ia juga menggarap pasar ekspor. Beberapa negara tujuan ekspor dari produk Jaya Mitra Kemilau di antaranya Jepang, Malaysia, dan Amerika Serikat.

ADVERTISEMENTS


“Permintaan pasar ekspor sangat menarik. Bahkan 40-60 persen dari total penjualan kami ke pasar ekspor,” terang Vanessa.

ADVERTISEMENTS


Menurutnya produk yang banyak disukai oleh pasar ekspor salah satunya adalah minuman asam. Sebagai generasi keempat Nyonya Meneer, ia berusaha memastikan formulasi yang digunakan pada produk masa kini tetap disesuaikan dengan resep lama. “Kami menggunakan resep nenek moyang dari 100 tahun lalu. Kami formulasikan, termasuk minyak telon, minuman segar seperti temulawak, kunyit asam,” katanya.


Mengenai bahan baku, dikatakannya, hingga saat ini tidak ada kendala. Bahkan, menurut dia Jawa Tengah banyak menyediakan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat jamu. “Melalui pelestarian formulasi ini kami ingin mengingatkan budaya Indonesia, terutama yang dari Jawa Tengah,” ungkap Vanessa.

ADVERTISEMENTS

ADVERTISEMENTS

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS
x
ADVERTISEMENTS
Exit mobile version