Jumat, 26/04/2024 - 13:50 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

BISNISEKONOMI

Erick Thohir Perkuat Kolaborasi BUMN-Universitas Tantangan Disrupsi

ADVERTISEMENTS

Generasi muda ujung tombak wujudkan Indonesia negara ekonomi keempat dunia pada 2045

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat Memperingati Hari Kartini dari Bank Aceh Syariah
ADVETISEMENTS
Ucapan Belasungkawa Zakaria A Rahman dari Bank Aceh

PURWOKERTO — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berkomitmen meningkatkan kesiapan para generasi muda untuk siap bersaing dalam era disrupsi. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan generasi muda, dalam hal ini mahasiwa, merupakan ujung tombak dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara dengan ekonomi terbesar keempat dunia pada 2045.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA

“Sudah waktunya kalian mengisi. Jangan kebiasaan menjadi penonton. Kita negara yang kaya sumber daya alam (SDA) dan market yang besar, tetapi dari zaman Belanda dipakai untuk pertumbuhan ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan negara lain,” ujar Erick saat kuliah umum tokoh nasional bertajuk “Kolaborasi BUMN dan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Generasi Digital di era Disrupsi” di Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Jawa Tengah, Selasa (5/7/2022).

ADVERTISEMENTS
Manyambut Kemenangan Idul Fitri 1445 H dari Bank Aceh Syariah

Di hadapan ribuan mahasiswa Unsoed, mantan Presiden Inter Milan itu menyebut Indonesia harus punya ekosistem sendiri dan tak lagi tergantung pada ekosistem negara lain, baik Cina atau Amerika Serikat (AS). Erick tak ingin tren pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali menjadi sumber bagi perekonomian negara lain.

ADVERTISEMENTS

Saat ini, ucap Erick, Indonesia sedang menghadapi tantangan lima disrupsi global mulai dari geo-ekonomi, demografi, lingkungan, kesehatan, dan teknologi. Erick menyampaikan, perang Rusia-Ukraina menjadi penyebab utama timbulnya geo-ekonomi yang berdampak pada terganggunya rantai pasok dunia. Kondisi tersebut tentu akan berpengaruh pada Indonesia yang selama ini masih impor BBM.

ADVERTISEMENTS
Mudahkan Hidup Anda!, Bayar PBB Kapan Saja, Di Mana Saja! - Aceh Singkil
Berita Lainnya:
Artis Rayakan Kemenangan Indonesia, 'Timnas Bukan Cuma Ngelawan Tapi Bikin Kewalahan'

“Kalau benar Rusia menyetop produksi minyaknya, minyak akan sampai harganya 380 dolar AS per barel. Hari ini Indonesia negara yang impor BBM bukan swasembada BBM, pemerintah mengeluarkan Rp 350 triliun untuk mensubsidi BBM dan listrik, itu dengan catatan harganya 100 sampai 110 dolar AS per barel. Kalau 380 dolar AS per barel berarti kita harus subsidi Rp 1.400 triliun, tidak sanggup. Data-data menunjukkan 60 negara akan menuju kebangkrutan, bukan Indonesia asal disiplin,” lanjut Erick.

Erick menyampaikan tantangan yang sangat penting juga datang dari disrupsi digital yang mengubah ini pola kehidupan manusia hingga lapangan pekerjaan. Erick menyebut tumbuhnya jenis pekerjaan baru akibat disrupsi digital tak sebanding dengan hilangnya jenis pekerjaan yang lama.

Indonesia, ucap Erick, memiliki potensi ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dan diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030. Angka tersebut delapan kali lebih besar dari PDB Indonesia. Erick menilai pengembangan teknologi dan digitalisasi menjadi keharusan untuk mempersiapkan gelombang kedua dan ketiga disrupsi digital yang mulai terjadi.

Berita Lainnya:
Pelabuhan Panjang Layani Tiga Kali Perjalanan Kapal Saat Arus Balik

“Kita harus memikirkan bagaimana caranya mengisi kemerdekaan dengan kedaulatan pangan, energi, maupun ekonomi. Ekonomi digital adalah ekonomi masa depan kita dengan kesempatan dan market besar,” sambung Erick.

Erick menambahkan, pertumbuhan ekonomi tidak boleh hanya mengandalkan SDA, tetapi juga perlu diperkuat oleh knowledge based economy. Dengan memiliki growth mindset, generasi muda bisa menjadi lebih agile dan adaptif.

Untuk mewujudkan kemandirian digital, BUMN tentu tak bisa sendirian. Untuk itu, Erick terus berkolaborasi dengan universitas dalam menciptakan link and match antara pendidikan dengan industri.

“Saya selalu senang datang ke kampus supaya ada link and match menyambungkan yang lulus untuk mendapat kerja. Saya bicara dengan para rektor, kalau memang industrinya akan tutup, ya jenis pelajaran mahasiwa tersebut harus dikurangi karena lapangan kerjanya tidak ada lagi atau hilang. Makanya perlu kerja sama BUMN dan universitas-universitas,” kata Erick menambahkan.

Dalam kesempatan tersebut, Erick juga menyaksikan nota kesepahaman (MoU) tentang pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat antara PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, Unsoed, dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Purwokerto yang ditandantangani Direktur SDM dan Umum Pelindo Ihsanuddin Usman, Rektor Unsoed Akhmad Sodiq dan Rektor UNU Purwokerto Achmad Iqbal.

x
ADVERTISEMENTS
1 2

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi