Sabtu, 18/05/2024 - 10:57 WIB
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi

TERBARU

ASIAINTERNASIONAL

Demonstran Geruduk Kediaman Presiden, PM Sri Lanka Gelar Pertemuan Darurat

Publik Sri Lanka marag atas krisis ekonomi terburuk di negara itu.

ADVERTISEMENTS
QRISnya satu Menangnya Banyak

 KOLOMBO — Ribuan pengunjuk rasa di Ibu Kota komersial Sri Lanka, Kolombo, menyerbu kediaman resmi presiden dan sekretariatnya pada Sabtu (9/7/2022). Aksi protes terjadi di tengah meningkatnya kemarahan publik atas krisis ekonomi terburuk yang melanda negara itu dalam tujuh dekade.

ADVERTISEMENTS
Bayar PDAM menggunakan Aplikasi Action Bank Aceh Syariah - Aceh Selatan


Dua sumber Kementerian Pertahanan mengatakan, Presiden Rajapaksa telah dievakuasi dari kediaman resmi pada Jumat (8/7/2022) untuk keselamatannya. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada Sabtu menggelar pertemuan darurat terhadap para pemimpin partai untuk membahas situasi dan mencapai resolusi cepat. Wickremesinghe juga telah dipindahkan ke lokasi yang aman.

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat & Sukses ada Pelantikan Direktur PT PEMA dan Kepala BPKS


Siaran langsung Facebook dari dalam rumah presiden menunjukkan ratusan pengunjuk rasa memasuki kamar dan koridor, sambil meneriakkan slogan menentang Rajapaksa. Berdasarkan rekaman video, pengunjuk rasa berdiri dan beberapa orang berenang di kolam renang yang terletak di dalam rumah presiden. Ratusan pengunjuk rasa juga berseliweran di halaman luar kediaman presiden dan tidak ada petugas keamanan yang terlihat.

ADVERTISEMENTS
Selamat Memperingati Hardiknas dari Bank Aceh Syariah
Berita Lainnya:
290 Masjid Hancur dan 360.000 Bangunan di Gaza Rusak Akibat Serangan Israel


Ribuan orang memadati distrik pemerintah Kolombo, meneriakkan slogan-slogan menentang presiden dan membongkar beberapa barikade polisi untuk mencapai rumah Rajapaksa. Saksi mengatakan kepada Reuters, polisi melepaskan tembakan ke udara tetapi tidak dapat menghentikan massa yang berkumpil di sekitar kediaman presiden. Reuters tidak dapat mengkonfirmasi keberadaan presiden.

ADVERTISEMENTS
PDAM Tirta Bengi Bener Meriah Aplikasi Action Bank Aceh


Ketidakpuasan telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir karena negara berhenti menerima pengiriman bahan bakar, memaksa penutupan sekolah, dan penjatahan bensin dan solar untuk layanan penting.

ADVERTISEMENTS
Top Up Pengcardmu Dimanapun dan Kapanpun mudah dengan Aplikasi Action


Sedikitnya 39 orang, termasuk dua polisi terluka dan dirawat di rumah sakit dalam protes tersebut. Sri Lanka mengalami kekurangan devisa yang cukup parah sehingga berdampak pada impor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan yang penting. Hal ini menjerumuskan negara tersebut ke dalam krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan pada 1948. 

ADVERTISEMENTS
Ucapan Selamat dan Sukses atas Pelantikan Reza Saputra sebagai Kepala BPKA
Berita Lainnya:
Menlu Rusia: Barat Sedang Mengacaukan Situasi di Kaukasus Selatan


Inflasi Sri Lanka melonjak pada rekor 54,6 persen pada Juni dan diperkirakan  untuk mencapai 70 persen dalam beberapa bulan mendatang. Sri Lanka melakukan pembicaraan dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan berupaya mendapatkan bailout sebesar 3 miliar dolar AS, restrukturisasi beberapa utang luar negeri, serta penggalangan dana dari sumber multilateral dan bilateral untuk mengurangi kekeringan dolar.  

ADVERTISEMENTS


Krisis terjadi setelah pandemi Covid-19 menghantam ekonomi Sri Lanka yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja luar negeri. Krisis semakin diperparah oleh penumpukan utang pemerintah yang besar, kenaikan harga minyak dan larangan impor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan  pertanian. 

ADVERTISEMENTS


Larangan impor pupuk telah dicabut pada November tahun lalu. Namun, banyak pihak menyalahkan pemerintahan Presiden Rajapaksa sebagai penyebab krisis karena salah urus ekonomi. Aksi protes yang menuntut pengunduran diri presiden berlangsung sejak Maret.

Sumber: Republika

ADVERTISEMENTS

x
ADVERTISEMENTS

Reaksi & Komentar

Berita Lainnya

Tampilkan Lainnya Loading...Tidak ditemukan berita/artikel lainnya.
IndonesianArabicEnglishRussianGermanFrenchChinese (Simplified)JapaneseMalayHindi